Mohon tunggu...
Dimyat Aa Dym
Dimyat Aa Dym Mohon Tunggu... Guru - Bergabung mulai tahun 2012 dan Buku Perdananya tahun 2020 berjudul "Pendidikan Berbasis Al-Qur'an & Pancasila"

Seorang guru dan pendidik di sekolah yang telah mengabdikan dedikasinya untuk tunas-tunas bangsa lebih dari 20 tahun. Blog : www.dimyativi.blogspot.com , twitter : @dimyat1, FB : Dimyat Muqsith

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Jangan Sampai Cerita "CINAMBO JATIGEDE" Buyut Saya Benar-Benar Terjadi

20 Oktober 2014   21:23 Diperbarui: 17 Juni 2015   20:21 16125
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_367775" align="aligncenter" width="614" caption="Dari Kampung Cikuya Ciduging ke arah Timur Tampak Gunung Ciremai Kuningan (Dok. Pribadi)"][/caption]

Adalah Aki Raedi nama buyut bagi ketiga anak kami itu, suatu waktu di kampung nan jauh dari keramaian kota. Namanya kampong atau dusun Cikuya, desa Cibogo kecamatan Darmaraja kabupaten Sumedang Jawa Barat bercerita tentang sejarah rencana proyek waduk tersebut.

Karena daerah kami adalah termasuk salah satu daerah genangan proyek waduk Jatigede yang menelan biaya trilyunan ruliah dan waktu berpuluh-puluh tahun. Sejak kami duduk di bangku sekolah dasar rencana pembangunan waduk disitu sudah diketahui masyarakat hatta anak sd seperti kami saat itu.

Aki Raedi menceritakan bahwa rencana pembanguna waduk Jatigede yang titik pembangunan bendungannya berada di daerah Jatigede. Lalu ada daerah yang tidak jauh dari titik bendungan tersebut yaitu lokasi yang merupakan aliran sungan Cimanuk yang akan dibendung yang bernama Cinambo.

Sebelum bercerita tentang Cinambo, yang pada akhirnya nanti daerah ini akan “lenyap” terkubur air jika bendungan sudah jadi dan air sungai Cimanuk sudah dibendung lalu airnya tergenang menjadi waduk Jatigede. Aki Raedi bercerita terlebih dahulu daerah lainnya yang paling dekat dari dusun kami yaitu :

Pesantren Cikuya

Pesantren ini diasuh oleh alm. Ajengan KH. Bagusudidin, beliau adalah putra dari Mama Ajengan KH. Bukhori. Bersama saudaranya di lokasi tersebut tinggal yaitu Ajengan Ust. Duyeh Abdullah. Beliau berdua memiliki beberapa anak antara lain Ajengan Asep Abdul Ghofur, dan beberapa anak putrinya.

Sebagian besar putra dan putri kedua pengasuh pondok pesantren itu sudah berkeluarga dan menyebar di seantero jagad Sunda maupun luar Sunda. Ada yang di Ciawi, ada yang di Subang ada yang di Jakarta dan ada juga yang di Garut.

KH. Bagusuddin atau yang sering terkenal dengan sebutan Abah  tanpa sebutan namanya (Agus), beliau sudah meninggal terlebih dahulu. Pengasuh pesantren selanjutnya dilanjutkan oleh ajengan Duyeh Abdullah. Untuk sekedar diketahui saja nama penulis diberikan oleh pengasuh pondok tersebut.

[caption id="attachment_367779" align="aligncenter" width="614" caption="Pasarean, Pasantren Cikuya dan Rumah Mama Cibayawak tampak dari Kejauhan (Dok. Pribadi)"]

14137891571987879715
14137891571987879715
[/caption]

Astana Pasarean

Astana (bahasa sunda) atau bahasa indonesianya yaitu kuburan, pasarean (tempat sare atau tidur) adalah wilayah yang terletak tidak jauh dari muara sungai cibayawak yang akan masuk ke aliran sungai Cimanuk, wilayah ini termasuk yang akan tergeanangi oleh waduk jatigede.

Daerah perkuburan di tengah-tengah persawahan yang disekelilingnya banyak tumbuh pohonan besar di sana ada kuburan prabu karuhun karuhun kampung di Darmaraja dan Sumedang pada zaman dahulu. Wilayah ini banyak dihuni oleh kelelawar (kalong).

Pengalaman penulis sewaktu kecil sebelum meninggalkan kampung halaman mengembara ke Ibu Kota DKI Jakarta dan akhirnya sekarang berlabuh di Bekasi adalah melihat serombongan kelelawar atau kalong setiap pagi dan sore pulang pergi dari pasarean ke wilayah lain di daerah gunung Cakrabuana.

Rumah Mama Cibayawak

Adalah seorang tokoh kharismatik yang tinggal di seberang pasarean terhalang dengan sungai Cibayawak. Mama Cibayawak adalah guru para ajengan di wilayah Cibogo, Cikuya, Cipaku dan daerah lainnya di kecamatan Darmaraja kabupaten Sumedang.

Daerah ini sering dilewati oleh TNI setiap tahun ketika mereka melaksanakan napak tilas dari wilayah kota kecamatan Darmaraja menuju Karang Pakuan atau Cipaku. Meskipun pesantrennya terbilang kecil namun anak dan cucu Kiyai atau Mama Cibayawak sudah menyebarkan dakwahnya di daerah lainya.

MTs GUPPI Cibogo

Adalah MTs dimana penulis menjadi alumninya pada tahun 1990 setelah itu sekolah di DKI Jakarta tepatnya di MA Al-Falah Klender. MTS ini dinamakan MTS GUPPI yang merupakan singkatan dari Gabungan Usaha Pembaharuan Pendidikan Islam. Organisasi yang dinaungi pada zaman orde baru itu (GOLKAR) adalah memfokuskan pada pendidikan islam.

Lokasinya berada di wilayah desa Cibogo yang merupakan daerah genangan waduk Jatigede. Tepatnya di dusun Cibogo 1, jika mengikuti arah jalan dari Cibogo 1 ini ke timur maka akan melewati dusun Cibogo 2 atau Tengah, Cibogo 3 dan Ciwangi yang berbatasan langsung dengan sungai Cimanuk dan kecamatan cadas Ngampar.

Dari sekolah inilah penulis melangkah dan meninggalkan dusun tercinta yang sebentar lagi akan menjadi genangan asir yakni waduk Jatigede. Dari sekolah ini pula kami tahu posisi makam Mbah Anom Ciwangi yang pada waktu itu kerja bakti membuat pagar sekolah dengan mengambil bambu dari kuburan itu.

Kuburan Mbah Anom Ciwangi

Kuburan ini termasuk kuburan tua. Sesepuh atau karuhun yang ada di zaman dahulu sebagian dikubur di wilayah ini.  Kuburan ini lokasinya terbilang unik, karena lokasinya yang berada persis di tengah-tengah sungai Cimanuk. Herannya Sungai itu tidak mampu menembus langsung pekuburan ini.

Sungai Cimanuk membelok sedikit kea rah kanan  dan masih menurut cerita pengalaman Aki Raedi di dalam lokasi kuburan ini banyak sekali cerita mistis atau misterius yang mengandung supranatural. Sehingga ketika penulis pernah memasuki lokasi ini terasa sangat sepi dan terasa “angker”.

Cerita yang mungkin kurang masuk di akal bahwa di dalam tanah perkuburan tersebut ada banyak bongkahan “emas” atau harta karun yang tidak ada satu pun orang berani untuk mengambil atau menganggunya (wallahu a’lam). Yang jelas sungai Cimanuk saja tidak berani menembusnya.

[caption id="attachment_367788" align="aligncenter" width="448" caption="Lokasi bendungan waduk tahun 2012 (Dok. Pribadi)"]

14137895171329947402
14137895171329947402
[/caption]

Sasak Cinambo

Cerita di tempat terakhir inilah menurut penulis yang perlu keseriusan dan membutuhkan  penelurusan informasi lebih lanjut dari para sesepuh dusun yang lainnya yang ada di wilayah tersebut sehingga kebenaran dan mesterinya bisa diambil kesimpulan atau minimal benang merahnya.

Menurut cerita Aki Raedi saat itu penulis sedang pulang kampung (mudik) idul fitri 1433 H atau tahun 2012, Cinambo itu merupakan singakan katanya. Cinambo yaitu “Cina Nu Matak Ngabobodo”. Saat itu proses pembangunan bendungan waduk sudah dimulai, kalau tidak salah sudah mencapai sekirat 40 atau 50 % lebih.

Menurut aki Raedi kenapa Cina nu matak ngabobodo (membohongi) ? karena pelaksana proyek itu sebagian besar dari Cina maka ada dua kemungkinan kemuadian yang akan terjadi terkait dengan waduk ini yaitu Cina nu ka bobodo atau pribumi yang kabobodo (dibodohin).

Semoga kedua-duanya tidak sampai kejadian karena sebagai bangsa manusia kita berharap hubungan kita hubungan yang saling menguntungkan atau seperti simbiosis mutualisme. Hari ini 20 Oktober 2014 hari yang sangat bersejarah bagi kita bangsa Indonesia. Hari dimana dilantiknya presiden RI ke-7.

Hari ini juga hari terakhir Presiden SBY mengakhiri jabatannya sehingga dihadapan wakil rakyat, di rumah rakyat di saksikan oleh majelis permusyawaratan rakyat yang pada periode sebelumnya menjadi perwujudan kedaulatan rakyat dengan memilih Presiden sebagai mandataris MPR.

Pada hari ini juga hari yang bersejarah bagi semuanya baik tokoh maupun elitnya, di tingkat elit ada yang namanya koalisi merah putih atau (KMP) yang selalu Kompak sesuai singkatannya KMP. Ada juga koalisi Indonesia hebat yang selalu saja ingin berdebat baik soal BBM maupun UU MD3.

Semoga tidak ada yang membodoh-bodohin dan tidak ada juga yang mau di bodoh-bodohin karena kita semua diajarkan oleh nabi Akhir zaman Muhammad SAW untuk hidup benar (Shidiq), jujur (Amanah), Menyampaikan Komunikasi terbuka (Tabligh) dan Cerdas (Fathonah).

Mudah-mudahan cerita tentang Cinambo hanya sebagai hiburan dari karuhun urang ti Sumedang, mudah-mudahan waduk Jatigede membawa keberkahan bagi rakyat Sumedang, Jawa Barat dan Indonesia secara tidak langsung keseluruhan. Ketika ingin mengkonfirmasi lagi cerita Aki Raedi.

Innalillahi wa Inna ilaihi Rojiun pada bulan April tahun 2014 yang lalu setelah tidak lama setelah Pemilu Legislatif usai beliau telah meninggalkan kita pergi duluan kea lam baqa. Semoga amal ibadahnya, iman dan islamnya diterima disi Allah SWT.

Harapan kami berdua saat itu pihak pengelola proyek waduk Jatigede tidak membiarkan begitu saja situs-situs bersejarah itu terkubur dengan waduk Jatigede. Tapi bagaimana agar dibuat maket atau museumnya mumpung saat ini belum tergenang.

Harapan ini kami sampaikan juga kepada wakil rakyat dari Wado, Darmaraja dan Sumedang baik yang di DPRD Kab. Sumedang, DPRD Jawa Barat maupun DPR RI dan DPD. Dan yang lebih penting lagi tentunya pihak eksekutif yaitu Pemda Sumedang (Bupati) dan Pemprop Jabar (Gubernur).

[caption id="attachment_367790" align="aligncenter" width="448" caption="Jembatan Cinambo tidak jauh dari lokasi ini (Dok. Pribadi)"]

1413789637881772034
1413789637881772034
[/caption]

Semoga mereka bisa menyempatkan membaca tulisan yang berasal dari salah satu orang asil OTD (Orang Terkena Dampak) dari Proyek Waduk Jatigede yang monumental itu. Wallahu a’lam (DM).

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun