Mohon tunggu...
Dimyat Aa Dym
Dimyat Aa Dym Mohon Tunggu... Guru - Bergabung mulai tahun 2012 dan Buku Perdananya tahun 2020 berjudul "Pendidikan Berbasis Al-Qur'an & Pancasila"

Seorang guru dan pendidik di sekolah yang telah mengabdikan dedikasinya untuk tunas-tunas bangsa lebih dari 20 tahun. Blog : www.dimyativi.blogspot.com , twitter : @dimyat1, FB : Dimyat Muqsith

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Membangun Indonesia Secara Tuntas dengan Revolusi dari Desa

26 November 2014   23:47 Diperbarui: 17 Juni 2015   16:45 77
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_378415" align="aligncenter" width="600" caption="Buku Revolusi dari Desa (Sumber Foto : Kompasiana)"][/caption]

Judul: Revolusi dari Desa, Saatnya dalam Pembangunan Percaya kepada Rakyat

Penulis: Dr. Yansen TP., Msi.

Penerbit: PT. Elex Media Komputindo

Tahun Terbit: 2014

Jumlah Halaman: xxviii + 194

ISBN: 978-602-02-5099-1

Indonesia adalah satu kata yang merupakan satu kesatuan yang utuh, dari tiga aspek sebuah pemerintahan yakni ia adalah nama sebuah bangsa, termasuk salah satu bangsa yang memiliki luas wilayah dan jumlah penduduk yang besar, nama salah satu bahasa yang menyatukan berbagai macam ragam bahasa daerah yang ada di wilayahnya, dan sekalugus juga nama suatu negara yang telah mengalami berbagai gelombang atau fase perjuangan, fase pembangunan serta beragam pola pendekatannya.

Membangun Indonesia yang memiliki ciri-ciri khusus secara geografis, demografis, sosiologis maupun secara astronomis tentu akan berbeda teknik dan pendekatannya dengan membangun Amerika, membangun Rusia, membangun Negara seperti yang ada di Timur Tengah, membangun Uni Eropa, membangun Australia dan Afrika dan lain sebagainya. Membangun Indonesia membutuhkan waktu dan tahapan-tahapan yang sangat panjang. Masing-masing zaman memiliki pahlawan atau tokohnya.

Setiap zaman juga memiliki istilah atau kata kuncinya masing-masing. Sebelum kemerdekaan misalanya di tandai dengan istilah masa perintis (1908), penegas (1928) dan pendobrak (1945). Setelah merdeka Indonesia membangun dimulai dari masa orde lama (Presiden Soekarno), orde baru (Presiden Soeharto), orde reformasi (Presiden Habibie, Gusdur, Megawati dan SBY).

Momentum pilpres 2014 nampaknya dimanfaatkan oleh Pasangan Presiden Terpilih Bapak Jokowi-JK sebagai masa atau orde revolusi mental. Sebuah orde yang menjadi titik balik sejarah untuk memulai kembali membangun Indonesia melaui paradigm yang baru yaitu salah satunya adalah membangun dari bawah. Sebagai sebuah konsekwensi dari demokrasi, sebagaimana teori pembanunan dari Rostow ada lima tahapan yaitu tahapan tradisional, tahapan transisi, tahapan take off, tahapan drive menuju kedewasaan dan tahapan terakhir yaitu tahapan massa konsumsi tinggi.

Itulah inti dari pepatah arab yang mengakatan “Kullu zamanin rijaluha”. Kita tidak akan mencela seorang pahlawan pun yang berjuang pada masing-masing tahapan atau masanya, karena pada dasarnya manusia adalah tempatnya salah dan lupa, atau istilah yang sering disebutkan dalam kalimat hikmah “Al-Insan mahalul khoto wan nisyan” . Oleh sebab itu maka pantaslah kalau Ir. Soekarno pernah mengatakan JASMERAH (Jangan Sekali-Kali Melupakan Sejarah).

Pemahaman situasi dan kondisi serta rinsip-prinsip pembangunan di atas seharusnya dimiliki oleh mereka yang akan maupun telah menjadi pejabat publik. Baik itu mereka yang berada di legislatif, eksekutif, maupun yudikatif. Hal ini penting agar semakin hari semakin banyak tokoh publik yang berhasil dalam memangku jabatannya. Selanjutnya melalui media yang ada terutama melalui buku, masyarakat bisa mengetahui dan bisa diterapkan sebagai pilot projek di wilayah lainnya.

Buku yang ada dihadapan penulis dan pembaca ini yang berjudul “Revolusi dari Desa” karya seorang tokoh birokrat yang berhasil.  Beliau bernama Dr. Yansen TP., M.Si yang lahir di  Pa’ Upan Krayan Selatan Kabupaten Nunukan Kalimantan Utara, 14 Januari 1960. Dia ditetapkan sebagai Bupati Malinau untuk masa jabatan 2011-2016 pada tanggal 31 Januari 2011. Berpasangan dengan wakil bupati Topan Amrullah. Berdasarkan penelusuran penulis dia diusung oleh 10 partai politik.

Buku setebal 194 halaman pada bagian akhirnya tertulis profil penulis yang mengatakan : “Buku ini merupakan hasil kajian doktoralnya, yang kemudian dipraktekkan di Malinau sejak masa baktinya sebagai bupati dan sejauh ini telah menunjukkan hasil yang menggembirakan. Beliau bukan sekedar seorang birokrat, melainkan juga seorang intelektual. Indonesia butuh pemimpin intelektual yang sangat mencintai bangsanya”. Profil Penulis (hal.180). Hal ini menunjukan bahwa calon pemimpin ke depan tidak cukup hanya memiliki atau dengan basis popularitas saja.

Buku ini menarik selain menggunakan istilah “revolusi” juga waktu terbitnya hampir bersamaan dengan lahirnya UU Desa No 16 tahun 2014. Buku ini terdiri dari tujuh bab :

Bab 1 – Penndahuluan : Menggugat Konsep Pembangunan

Bab 2 – Teknik Merancang Pembangunan

Bab 3 – GERDEMA : Sebuah Revoliusi dari Desa

Bab 4 – Kepemimpinan dalam GERDEMA

Bab 5 – Profil Desa dan Hubungan Antar Lembaga

Bab 6 – Mekanisme Keberhasilan GERDEMA

Bab 7 – Rekam Jejak Sebelum dan Sesudah GERDEMA

Menurut hemat penulis sebagaimana juga dikuatkan dalam buku tersebut paling tidak minimal ada 3 basis pemimpin masa depan Indonesia agar mampu membawa bangsanya menjadi bangsa yang sangat besar di dunia. Kelima basis tersebut adalah :

1.Basis Intelektual (Pendidikan)

Basis intelektual bisa didapatkan melalui pendidikan formal, non formal maupun informal. Secara akademik Dr. Yansen TP. yang memulai sekolahnya di SDN di Tanjung Lapang tahun 1973, SMPN Tarakan 1977, SMEA Negeri Tarakan tahun 1981, APDN (Akademi Pemerintahan Dalam Negeri) Samarinda tahun 1986. S-1 juga ia dapatkan dari tamat pendidikan di Fisipol UNTAG Samarinda tahun 1991, S-2 Magister Ilmu AN Unibraw tahun 2002, dan S-3 Ilmu Administrasi Unibraw tahun 2011. Sumber penelusuran dari : http://www.malinau.go.id/statis-5-profil.html

2.Basis Organisasi (Sekolah atau Kampus)

Secara organisasi kecil bakat kepemimpinannya sudah mulai terlihat dan menonjol. Pada waktu SMP dia telah dipercaya jadi Sekreatris Dewan Kerja Pramuka se Kecamatan Tarakan (hal 179). Aktif di Resimen Mahasiswa sebagai Kokantib Kampus senat mahasiswa APDN. Pengurus DPD KNPI selama tiga periode 1987-1994 (hal 180).

3.Basis Sosial (Masyarakat)

Basis ketiga inilah yang menjadi sorotan saya sebagai penulis maupun Dr. Yansen TP sendiri sebagai pengarang dari buku Revolusi dari Desa “Saatnya dalam Pembangunan Percaya Sepenuhnya kepada Rakyat”. Melalui gerakan moral dan social yang bernama GERDEMA (Gerakan Desa Membangun ). Melalui pilot projek gerakan social itulah Dr. Yansen TP memulai membangun Malinau dan menggerakkan masyarakat untuk terlibat dalam pembangunan. Sampai pada akhirnya ia terpilih menjadi Bupati konsep GERDEMA benar-benar diterapkan secara sinergi dan simultan.

Hasil dari gerakan social itu adalah sebagaimana terlihat pada bab 6 yaitu Mekanisme Keberhasilan GERDEMA.  Baik berupa indicator keberhasilan GERDEMA (hal 144) maupun nilai ketercapaian GERDEMA itu sendiri (hal 136).  Sedangkan untuk Pelayanan pemerintahan yang baik dan benar, Pemkab Malinau menyelenggarakan pemerintah yang bersih dan bebas korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN) guna mewujudkangood governance(pemerintah yang baik) danclean governance(pemerintahan yang bersih).

Dan untuk menciptakan kondisi ini, pemerintah daerah terus melakukan pembinaan disiplin kepada seluruh pegawai negeri sipil, seluruh SKPD serta kecamatan baik di pedalaman maupun perbatasan.

4 Program Strategi atau Pendekatan :

1.Pembangunan infrastruktur,

2.Pembangunan SDM,

3.Pembangunan ekonomi kerakyatan dan

4.Pelayanan pemerintahan yang baik dan benar atau reformasi birokrasi.

Sebuah pilot projek pembangunan telah digagas oleh para putra-putri terbaik bangsa melalui berbagai inovasi dan pendekatan kepemimpinan mereka baik di tingkat desa, daerah maupun pusat. Sudah saatnya Indonesia maju, sejahtera, adil, makmur dan bermartabat karena buah karya rakyatnya, dan kepemimpinannya di setiap tingkatan mulai dari tingkat yang paling bawah yaitu desa.  Yang lebih bawah lagi yakni RT dan RW, serta lebih dasar lagi yaitu keluarga atau rumah tangga.

Semoga buku Dr. Yansen TP. ini menjadi sejarah yang akan melahirkan Yansen-Yansen baru pada masa-masa berikutnya untuk mengharumkan nama baik Indonesia. Sebenarnya dibalik keberhasilan Dr. Yansen TP, masih ada misteri yang harus diungkap terkait dengan selain dari tiga basis di atas yakni basis spiritual (agama). Basis inilah yang akan memperkuat ketiga basis di atas khususnya basis sosial selain dari gaya atau pola komunikasi yang baik antar personal maupun antar organisasi yang ada untuk mendukung suksesnya GERDEMA.

Basis lainnya adalah basis penulisan (media), sebab tidak semua pemimpin atau birokrat mampu menuangkan ide, gagasan, cita-cita atau hasil pekerjaannya dalam bentuk tulisan atau buku. Dengan budaya menulis sebagaimana yang gencar dilakukan di komunitas Blog Kompasiana akan membantu tersebarnya “virus” kebaikan atau kelebihan dari seorang pemimpin. Saya yakin banyak pemimpin daerah lainnya yang berhasil seperti Dr. Yansen TP. semoga dengan dibukukan masyarakat akan menjadi lebih tahu dan memahaminya.

Pada bab 4 (hal 88 – 98) tentang kepemimpinan dalam GERDEMA, disebutkan 5 nilai utama dalam kepemimpinan GERDEMA, yaitu nilai kecerdasan spiritual, nilai kecerdasan emosional, nilai kecerdasan intelektual, nilai kecerdasan ekonomi, dan nilai kecerdasan nasionalis kebangsaan. Selanjutnya di halaman 97 terdapat tiga belas nilai keberhasilan GERDEMA, yaitu :

1.Kepemimpinan

2.Demokrasi

3.Keterbukaan

4.Keberpihakan

5.Toleransi

6.Efisien

7.Efektif

8.Partisipasi

9.Swadaya

10.Pertanggungjawaban

11.Pemberdayaan

12.Inovasi

13.Produktivitas

Semoga karya kreatif dan inovasi model dan pola kepemimpinan di atas yang digagas oleh Dr. Yansen TP. dkk sebagai bagian dari upaya membangun Indonesia secara tuntas yang dimulai dari desa setelah tuntas atau secara bersamaan dengan pembangunan di kota-kota, Selamat membaca!, Semoga buku dan tulisan resensi buku ini bermanfaat. [DM]

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun