Setelah menelan dua kekalahan beruntun pada  kompetisi Liga Serie A dari Verona (0-3) dan Atalanta (0-2), Milan akhirnya kembali meraih dua hasil yang cukup positif di dua pertandingan terakhirnya.  Milan sukses menyingkirkan Inter Milan pada ajang Coppa Italia untuk lolos ke Fase Semi Final, lalu tiga hari berselang Milan menahan imbang Fiorentina di Pekan ke-19 Serie A.  Meskipun hanya terjadi pada Perempat Final Coppa Italia, kemenangan tersebut diperoleh dari rival sekota Inter Milan yang sementara berada di peringkat ketiga Serie A.
Kemenangan yang diraih atas Inter Milan walaupun harus melalui extra time cukup untuk meredam sementara isu pemecatan Gattuso sebagai pelatih Milan. Â Dengan reputasi yang tidak terlalu bagus serta pengalaman yang minim sebagai pelatih, Gattuso justru ditunjuk menggantikan Vicenzo Montella sekitar sebulan yang lalu. Â Selang beberapa minggu setelah ditunjuk, Gattuso diisukan akan dipecat menyusul kekalahan Milan atas Atalanta di ajang Serie A. Â Kemenangan atas Inter Milan menjadi 'angin segar' setidaknya bagi Gattuso terhadap isu pemecatan yang menimpanya.
Penunjukan mantan pemain AC Milan, Gennaro Gattuso menggantikan Montella pada 27 November yang lalu merupakan keputusan yang dianggap mengherankan tidak hanya oleh para Milanisti namun juga para pecinta sepak bola. Â 'Prestasi' Gattuso sebagai pelatih yang hanya berhasil mempromosikan klub AC Pisa ke Serie B dianggap belum cukup sebagai modal untuk melatih klub sebesar AC Milan. Â Hal ini ditambah dengan reputasi Gattuso yang tidak terlalu bagus sebagai pelatih semakin memperkuat asumsi ketidaklayakan Gattuso sebagai pelatih Milan. Â Gattuso sendiri sempat mengakui bahwa dirinya memang bukan pelatih yang bagus, setelah membawa Milan meraih kemenangan atas Inter Milan di Perempat Final Coppa Italia.
Keputusan Milan untuk menunjuk pelatih yang minim pengalaman atau tidak punya prestasi juara bukan hanya sekali ini dilakukan. Â Milan bahkan sering kali menunjuk mantan pemainnya sendiri sebagai pelatih walaupun kurang berpengalaman atau minim prestasi sebagai pelatih. Â Banyak yang mungkin mempertanyakan mengapa Milan tidak menunjuk pelatih dengan reputasi yang bagus serta mempunyai profil prestasi juara sebagai pelatih klub. Â Pelatih dengan profil prestasi juara tentu lebih memberikan jaminan kesuksesan bagai klub sebesar AC Milan. Â Hal ini mungkin terjadi karena adanya pengalaman historis dari Milan dengan pelatih-pelatih yang mempunyai profil prestasi juara.
AC Milan bukan tidak pernah menunjuk pelatih dengan profil juara sebagai pelatih baru, tercatat 9 kali Milan pernah menunjuk pelatih dengan profil juara sebagai sebagai pelatih baru. Â Milan tercatat pernah menunjuk:
- William Garbutt (juara Liga Italia 1915,1923, dan 1924; serta La Liga 1935-36)
- Hermann Felsner (juara Liga Italia 1925 dan 1929; serta Coppa Italia 1937)
- Guido Ara (Juara Liga Italia 1922)
- Mario Sperone (Juara Serie A 1947-48)
- Bela Guttmann (Juara Piala Mitropa 1939)
- Luis Carniglia (juara Piala Champions UEFA Â 1958 dan 1959; serta Piala Inter-Cities Fairs 1961)
- Luigi Radice (juara Serie A 1975-76)
- Oscar Tabarez (juara Copa Libertadores 1987)
- Fatih Terim (juara Piala UEFA 2000)
Dari 9 pelatih tersebut, tidak ada satu pun yang bisa membawa Milan meraih gelar juara. Â Prestasi buruk bahkan sempat diraih Milan saat dilatih Luigi Radice di musim 1981-82. Â Radice justru membawa Milan terdegradasi ke Serie B. Â Fatih Terim yang melatih Milan untuk musim 2001-02, bahkan hanya 5 bulan melatih Milan karena kurang menunjukkan hasil yang positif.
Dengan pengalaman historis di atas, tidak mengherankan jika Milan lebih memilih melakukan gambling dengan memilih menunjuk pelatih dari klub medioker atau pelatih yang kurang berprestasi, bahkan minim pengalaman sebagai pelatih baru. Â Sebagian besar pelatih sukses AC Milan justru berasal dari klub-klub medioker. Â Mantan Pelatih Milan seperti: Giuseppe Viani, Nereo Rocco, Arturo Silvestri, Arrigo Sacchi, Alberto Zaccheroni, dan Massimiliano Allegri sebelumnya merupakan pelatih dari klub medioker di Italia sebelum ditunjuk menjadi pelatih AC Milan. Â Tercatat hanya Nils Liedholm serta Carlo Ancelotti yang punya pengalaman melatih klub top di Italia sebelum menjadi pelatih Milan. Â Fabio Capello bahkan hanya punya modal pengalaman melatih tim Primavera AC Milan saat ditunjuk sebagai pelatih Tim Senior AC Milan.
 'Trauma' historis karena sering gagal dengan pelatih dengan profil juara ditambah 'nostalgia' menjadi juara dengan pelatih medioker, tampaknya akan membuat Milanisti terus melihat klub favoritnya melakukan perjudian dengan pelatih-pelatih yang minim prestasi ataupun minim pengalaman.  Walaupun pada akhirnya nanti Gattuso akan digantikan, penulis koq merasa Milan justru akan kembali menunjuk pelatih medioker lagi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H