Mohon tunggu...
dim satiris
dim satiris Mohon Tunggu... -

Buruh Informasi & Teknologi, Penggemar banyak hal, Senang Berdoa & Bersenang-senang.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Black Campaign Lebih Kejam daripada Fitnah!

28 Mei 2014   19:59 Diperbarui: 23 Juni 2015   22:01 89
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Fitnah itu lebih kejam daripada pembunuhan
- QS Al-Baqarah: 191

Semenjak bergulirnya pemilihan umum presiden tahun ini, fitnah pun ikut bergulir bahkan jauh hari sebelum pemilihan umum berlangsung, lagi-lagi sentimen agama & kesukuan yang diangkat sebagai bahan untuk memfitnah. Tujuannya cuma satu agar citra Calon Presiden (Capres) yang difitnah hancur berantakan di mata masyarakat. Kalau sudah begini saya Cuma bisa berharap semoga masyarakat pintar dalam menyikapi fitnah tersebut. Jangan pernah termakan bahwa Capres yang di fitnah bukan seorang Muslim tidak layak menjadi pemimpin atau menjadi presiden, jangan juga termakan bahwa Capres atau pemimpin yang berasal dari suku atau etnis Tionghoa tak layak memimpin Indonesia. Saya yakin bahwa seorang pemimpin yang baik bukan dilihat dari agama yang dia anut atau etnis keturunannya. Tapi lebih dari kapabilitas dia dalam bersikap adil, jujur & bersih dalam memimpin. Andaikan seorang Pemimpin itu Muslim, maka anggaplah itu sebuah bonus bagi ke khilafahan.

Joko Widodo adalah salah satu Capres yang belakangan mendapat fitnah dari masalah keagamaannya sampai dengan fitnah bahwa dia berasal dari keturunan Tionghoa. Fitnah yang dahsyat! Bahkan gelar Haji di depan nama Jokowi pun diganti menjadi nama Herbertus, bahkan sampai-sampai ada semacam berita duka cita yang menyebutkan bahwa Jokowi sudah meninggal dunia.

Keterlaluan, atau ‘Terlalu...’ kalau merujuk dari punchline milik Bung Rhoma Irama.

Rival terberat Jokowi adalah Prabowo, mantan jenderal yang sepertinya tak perlu di fitnah untuk mengetahui catatan hitamnya saat masih menjabat sebagai Komandan Kopassus yang sekaligus saat masih menjadi menantu Diktator bernama H.M Soeharto.

Saya tak perlu bercerita banyak tentang Prabowo, kamu dengan mudahnya dapat mengakses informasi tentang catatan Prabowo saat masih menjabat sebagai Danjen Kopassus. Saat ini informasi begitu cair untuk bisa kamu peroleh untuk kamu pelajari seperti apa kiprah Prabowo dulu. Mungkin kamu buta politik, sama seperti saya, mungkin kamu buta sejarah, sama seperti saya. Tapi saya harap kamu mau belajar untuk tau sepak terjang Prabowo, sama seperti yang sama pelajari dengan cara mengkakses Ohio Library untuk melihat catatan hitam Prabowo. Intinya apakah kamu mau belajar walaupun kamu apolitis? Atau kamu tetap memilih untuk menelan mentah-mentah pencitraan baik yang ditawarkan oleh televisi dalam meramu citra bahwa sang jenderal adalah calon pemimpin tanpa cela hanya berdasarkan Mahkamah Militer membebaskan dia dari segala tuduhan. Ingat! Kalau Rasyid Rajasa saja bisa lolos dari hukuman, apa susahnya mantan jenderal untuk lolos dari hukuman dan kabur ke Yordania?

Jokowi mungkin satu-satunya Capres yang tak mempunyai cacat politik. Saya memakai kata ‘mungkin’ karena selama ini tak ada tinta hitam dalam perjalanan karir kepemimpinan Jokowi.

Lalu bagaimana dengan Prabowo?

Saya tak perlu menyodorkan nama-nama yaitu Suyat, Yani Afri, Sonny, M. Yusuf, Noval Alkatiri, Dedy Hamdun, Ismail, Bimo Petrus, Abdun Naser, Hendra Hambali, Ucok Siahaan, Yadin Muhidin dan Wiji Thukul yang sampai saat ini masih belum ketahuan dimana mereka berada atau dimana mayat mereka dikubur. Saya juga tak perlu menyebut nama Pasukan Mawar atau bahkan menyebutkan fakta yang didapat KONTRAS saat membuat laporan tentang mereka yang hilang. Saya juga tak perlu bercerita panjang lebar tentang kondisi saat konflik berdarah di Papua dan Aceh. Tapi setidaknya saya ingin mereka yang memandang Prabowo karena kegagahannya tau bahwa Prabowo yang gagah itu punya andil dalam menculik para orang-orang yang dianggap mencurigakan. Silahkan tanya para korban penculikan yang saat ini masih hidup. Silahkan tanya apa yang mereka rasakan saat disetrum, dipaksa tidur diatas balok es atau saat mereka disiksa tanpa punya kekuatan untuk melawan, tanyakan mereka siapa yang bertanggung jawab atas semua itu? Jawabannya mungkin hanya 1 nama, saya yakin nama yang mereka sebut adalah nama yang sama.

Memilih Capres sebagai pilihan favorite yang akan dicoblos saat Pemilu Presiden nanti adalah hak masing-masing individu. Silahkan pilih mantan jenderal gagah yang telah mengadopsi preman terkenal yang bernama mirip putra dewa zeus sebagai Capres Favorite. Silahkan juga pilih mantan walikota Solo yang telah hijrah ke Jakarta yang dalam masa kerja sebagai Gubernur telah merapihkan Tanah Abang serta Waduk Pluit. Pilihannya ada pada diri kalian.

Saya memutuskan tidak akan memilih, meski pun saya salut dengan kinerja Gubernur DKI saat ini, andaikan saya memilih pasti saya akan memilih dia, tapi entah kenapa saya takut pilihan saya berujung dengan kesalahan. Maka itu saya enggan untuk memilih.

Dengan keyakinan pada kekuatan doa, saya hanya memohon semoga Pemimpin negara ini nantinya adalah pemimpin yang benar. Setengah doa saya berikutnya akan saya khususkan semoga tidak ada lagi Black Campaign dengan agama sebagai ladang fitnah & Adu domba sebagai ladang pencemaran nama baik. Saya tau dan mengakui bahwa fitnah lebih kejam daripada pembunuhan, maka jika begitu Black Campaign itu lebih kejam dari Fitnah, Black Campaign lebih kejam daripada memperkosa, bahkan jika sang pemerkosa adalah seorang mantan jenderal yang tidak memiliki penis sekali pun.

Sebelum tulisan ini berujung fitnah, maka lebih baik saya mengakhiri tulisan ini. Mungkin lebih baik saya berkonsentrasi mempersiapkan diri dalam menonton Piala Dunia 2014 yang digelar di Brazil, daripada memusingkan diri memikirkan Pemilu 2014.

Selamat memilih pada 9 Juli 2014 nanti, Semoga Inggris Juara Piala Dunia!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun