Mohon tunggu...
Dimitri FebruarUsodo
Dimitri FebruarUsodo Mohon Tunggu... Administrasi - Leave Something for God but don't Leave God for Something

Leave Something for God but don't Leave God for Something

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Israel Anakku, Israel Ku Pukul dan Ku Serakkan

27 Januari 2019   12:49 Diperbarui: 27 Januari 2019   13:32 526
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Pendahuluan

Judul kitab Ratapan diambil dari judul tambahannya dalam naskah PL terjemahan Yunani dan Latin -- "Ratapan Yeremia." PL Ibrani memasukkan kitab ini sebagai salah satu di antara lima kitab gulungan (bersama Rut, Ester, Pengkhotbah dan Kidung Agung) dari bagian ketiga Alkitab Ibrani, yaitu bagian _Hagiographa_ ("Tulisan-tulisan Kudus"); masing-masing dari kelima kitab ini secara tradisional dibacakan pada saat tertentu dalam tahun liturgi Yahudi. Ratapan ini ditetapkan untuk dibaca pada hari kesembilan dari bulan Ab (sekitar pertengahan Juli), bilamana orang Yahudi memperingatinya sebagai  penghancuran kota Yerusalem.

Kita tidak dapat mengetahui apapun tentang kehidupan Yeremia sebelum panggilannya. Yeremia adalah keturuanan imam yang ada di Anatot, di tanah Benyamin (Yer 1:1, lihat juga Yer 11:21, 23; 29:27; 32:7-9), ada kemungkinan dari keturunan imam Abiatar, imam besar pada pemerintahan raja Daud yang dipecat oleh Salomo dan dibuang ke Anatot (1 Raja 2:26-27). Tuhan memanggil Yeremia untuk menjadi nabi-Nya, dan pelayanannya meliputi tahun-tahun awal pemerintahan raja Yosia (627 SM) hingga setelah jatuhnya Yerusalem (586 SM). Yeremia memulai pelayanan sebagai nabi pada tahun ke-13 pemerintahan Raja Yosia bin Amon, Raja Yoyakim bin Yosia, sampai akhir tahun yang kesebelas zaman pemerintahan Raja Zedekia bin Yosia. Yeremia masih hidup untuk menyaksikan serbuan Babel ke Yehuda yang berakhir dengan kebinasaan Yerusalem dan Bait Suci. Karena tugas Yeremia ialah bernubuat kepada bangsa itu selama tahun-tahun akhir dari kemunduran dan kejatuhannya, dapatlah dimengerti bahwa, kitabnya penuh dengan kesuraman dan firasat buruk. Selama periode lebih dari 40 tahun, Yeremia mengalami ujian berat yang diratapinya, namun ia tetap setia kepada Tuhan.

Jangkauan pelayanan Yeremia meluas melampaui Yehuda, negeri asalnya, yaitu kepada bangsa-bangsa lain. Yeremia menonjol diantara nabi-nabi dalam hal Yahweh secara khusus mengangkat dia sebagai 'nabi bagi bangsa-bangsa' (Yer 1:5, 10). Meskipun Yeremia asyik dengan Yehuda, yang keberuntungan politiknya beralih dari siklus kekuasaan Asyur, Mesir, dan Babel sebelum pelayanannya selama 40 tahun berakhir, dan ucapan-ucapan Ilahi melawan bangsa-bangsa pada akhir Kitab Yeremia (Yer 46-51) yang membenarkan uraian tugas pelayanannya. Di dalam Yeremia 25:15-31 membuktikan bahwa Yeremia benar-benar berkomunikasi dengan raja-raja dari Negara-negara lain, diantaranya: Yerusalem, Mesir, Uz, Filistia, Edom, Moab, Amon, Tirus, Sidon, Elam, Madai, dalam perannya sebagai nabi bagi bangsa-bangsa, meskipun kita tidak dapat mengetahui sampai sejauh mana Yeremia melaksanakan mandat tersebut.

ASYUR dan BABEL sebagai ALAT HUKUMAN ALLAH

Orang Babel dan orang Asyur menghuni daerah yang dikenal dan disebut sebagai Mesopotamia, yang dalam bahasa Yunani diartikan sebagai 'diantara dua sungai'. Alkitab menyebut beberapa kota Mesopotamia dan beberapa pemimpin penting orang Babel dan orang Asyur, dan kedua kebudayaan ini yang pada akhirnya menyebabkan kehancuran atau keruntuhan Israel, yang adalah Kerajaan di sebelah Utara dan Yehuda, yang adalah Kerajaan di sebelah Selatan.

Asyur adalah suatu bangsa yang suka berperang, angkuh, sombong, dan berjiwa bebas, dan mereka bangga akan keturunandari ras mereka. Asyur menggunakan pegunungan Zogros sebagai benteng mereka. Asyur mengadakan catatan yang cermat tentang garis keturunan silsilah raja-raja mereka, dan yang sangat membantu kita untuk menetapkan tarikh dari banyak peristiwa yang ditulis dalam Kitab-Kitab yang ditulis di dalam Perjanjian Lama.

Penghancuran Israel dimulai saat raja Hosea mengambil keputusan yang bodoh untuk memberontak terhadap pengganti Tiglat-Pileser, Salmanaser IV. Ia mengadakan persekutuan dengan Firaun dari Mesir dan berhenti membayar upeti kepada ibu kota Asyur. Salmanaser menyerang dan menawan Hosea, lalu mengepung kota Samaria, dan inilah hembusan nafas terakhir Israel. Raja Asyur yang baru, Sargon (722-705 SM), membuang Israel ke daerah pedalaman dari imperium Asyur yang berkembang, dan suku-suku Israel ini takkan pernah kembali ke Negeri Perjanjian.

Sedangkan penghancuran Yehuda diawali sejak Salmanaser dan para penggantinya, yaitu Sargon (722-705 SM), dan Sanherib (705-681 SM) harus menumpas beberapa pemberontak dari bangsa Israel yang telah dikalahkan (2 Raja 17:24 - 18:12). Sanherib merebut kota-kota yang dibentengi di Yehuda dan menuntut penyerahan Yerusalem (2 Raja 18), tetapi ia harus menarik mundur pasukan-pasukannya untuk memerangi Merodakhbaladan, raja Babel yang memberontak. Setelah hidup di bawah pemerintahan Asyur sejak 1100 SM, orang Babel mengambil kesempatan ini untuk menyatakan kemerdekaan mereka dari imperium Asyur yang berkembang. Sanherib mengalahkan Merodakhbaladan, tetapi seorang raja yeng lebih berkuasa bernama Nabopolasar naik tahta di Babilonia, dan ia mampu mempersatukan semua Negara-Kota dari imperium Babilonia yang lama dan memulihkan sebagian besar dari kemuliaan Babilonia yang sebelumnya. Nabopolasar dan puteranya Nebukadnezar II memimpin pasukan melawan Nekho, Firaun Mesir yang ingin berusaha memperoleh kekuasaan atas imperium Asyur yang makin lemah. Bala tentara mereka bertemu di Karkemis, dimana orang Babel mengalahkan orang Mesir dalam satu pertempuran yang besar di dunia purba (604 SM).

Para Firaun Mesir menghasut pemberontakan di antara raja-raja Yehuda untuk mengalihkan perhatian musuh mereka, orang Babel, dan ketika Yoyakim, raja Yehuda menolak untuk membayar upeti kepada Nebukadnezar II, raja Babel itu merebut Yerusalem dan mengasingkan sebagian penduduknya pada tahun 597 SM (2 Raja 24:8-17). Demikian pula yang dilakukan oleh raja Zedekia, pengganti Yoyakim, yang juga mengikuti nasehat buruk dari orang Mesir, dan kembali Nebukadnezar II menyerang Yerusalem untuk kedua kalinya, dan kali ini ia membinasakan kubu-kubu kota Yerusalem dan membawa tertawan bagian terbesar dari penduduk Yerusalem (2 Raja 25). Dengan demikian berakhirlah kerajaan yang pecah, Israel dan Yehuda pada tahun 586 SM.

Kitab Ratapan ditulis setelah Yerusalem dihancurkan oleh bangsa Babel, dibawah pemerintahan Nebukadnezar setelah Babel mengalahkan Asyur dan Mesir, dan pada tahun yang sama, setelah kematian Yosia, raja Yehuda, Babel membawa sebagian pemuda pilihan dari Yerusalem ke Babel, di antara mereka terdapat Daniel dan ketiga sahabatnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun