Â
Â
Meskipun sudah tak lagi di sana, Sarinah masih melekat pada McDonald Gedung Jaya. Seperti sepasang kekasih yang sudah terbiasa bersama, namun telah berpisah dan meninggalkan nama.
McDonald memang mau tak mau harus pergi. Ia harus rela dan membiarkan ini terjadi. Sarinah memang harus berbenah kalau tak mau sepi tergerus waktu dan mati.
Sarinah pun tambah bersinar, tambah berpijar, dengan bentuk barunya, dengan arsitektur teranyar, memikat kaum muda dan tua. Seperti mantan yang tambah cantik dan memesona.
McDonald juga datang kembali. Bukan untuk bersama lagi. Seperti Sarinah, McDonald harus berkembang sendiri dan kuat berdiri.
Nyatanya, kali ini McDonald bisa menatap dan menikmati keindahan Sarinah dari seberang. Saat fajar, petang, hingga malam. Duduk di lantai dua pada bagian luar, di tepian, dari sudut pandang McDonald, kita tahu bahwa Sarinah terbukti cantik dan indah.
Di tengah kontemplasi yang mengasal semata, paket panas yang terdiri atas ayam goreng paha bagian bawah dengan bumbu pedas, telur orak-arik, nasi panas, es soda, serta saus sambal, membuat menarik mata sejenak dari Sarinah. Jangan lupa, rasa lapar dan haus bisa membuat keindahan tidak menjadi yang utama. Sanji kru Mugiwara tahu rasanya kelaparan berhari-hari tidak makan dan mendekati ambang batas. Mungkin ambang batas yang dirasakan Sarinah dan McDonald berbeda, yaitu perbedaan angka dan realitas.