Mohon tunggu...
Dimas Sumarsono
Dimas Sumarsono Mohon Tunggu... pegawai negeri -

blog: http://uikpokpok.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Janda dan ATM

24 Februari 2014   23:46 Diperbarui: 24 Juni 2015   01:30 114
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Saban sore, para ibu tetangga selalu berkumpul didepan rumah kontrakkanku ini. Macam-macam yang mereka lakukan, tapi yang jelas, bergosip adalah inti dari kesemuanya. Jika gosip mereka lucu, suara tawa mereka benar-benar menghebohkan. Membuat aku yang masih bujang ini terkadang senyum kecut akibat riuhnya suara didepan.

“Om, kok duduk didalam? Sini, duduk sini… gabung dengan kita-kita!” salah satu ibu berusaha mengajak diriku yang sedang asik duduk didepan laptop sambil membaca tulisan-tulisan dikompasiana.

“Nggak bu, dari sini saja. Sudah cukup kok…” jawabku sopan.

Topik gosip sore ini, benar-benar seru. Karena aku melihat hampir semua ibu-ibu itu berbicara sambil semangat empat-lima.

“Jeng, tahu gak? Janda yang ngontrak disebelah sana, ternyata sudah kawin lagi loh!” salah satu ibu membuka percakapan.

“Ah, iya… kemarin saya lihat suami barunya!” balas salah satu ibu yang lain.

“Masa’ sih jeng? Saya sebagai Ibu RT disini kok tidak diberitahu sih?”

“Nah, Bu RT sih. Gak gaul!”

“Enak saja. Saya ini dibilang gak gaul. Situ kali, yang udik! Masa’, mau ambil uang di atm aja gak ngerti caranya. Sampai minta bantuan saya.”

“Loh! Saya ini takut, kan sekarang banyak yang hipnotis-hipnotis gitu.”

“Hipnotis apaan? Uang dikit aja belagu!”

“Eh, Bu RT jangan sok ya!”

“Sudah-sudah! Jangan nge-gemesin lagi ya, Bu RT sama Bu Susi.”

“Bukan begitu Mama Taufik, Bu RT ini benar-benar menjatuhkan saya!”

“Dorong kali! Gitu aja kok marah!”

“Nah kan Mama Taufik. Dengar sendiri gak? Bu RT ini dah macem-macem!”

“Ah, situ yang mulai!”

“Sudah Bu RT! Gak usah ribut lagi!”

“Mama Taufik ini, kok ikut campur sih?”

“Loh, saya ini mau mendamaikan saja!”

“Iya, Mama Taufik. Bu RT ini rese’!”

“Apa kamu bilang, Sus?!”

….. (Suasana kemudian menjadi ribut tak terkendali)

Aku yang melihat perkelahian didepan menjadi kagok. Perkumpulan ibu-ibu yang tak resmi ini bakal terancam bubar akibat perpecahan. Ibu RT dan Ibu Susi akhirnya membuat dua kubu. Semua saling membela dan merasa benar.

Belum sampai azan maghrib, para ibu tetangga yang kurasa sudah berusia diatas umur tiga puluh lima lebih, membubarkan diri. Aku yang sedari tadi melihat semuanya, hanya bisa geleng-geleng kepala. Semula yang ingin membahas janda, malah berakhir menjadi pertengkaran.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun