Mohon tunggu...
Dimas Satya Lesmana
Dimas Satya Lesmana Mohon Tunggu... Wiraswasta - Entrepreneur

Pengusaha dan Founder Advance Life Designer Institute Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Serius tapi Santai, Membuktikan Filosofi Bahwa Dunia Hanyalah Permainan Belaka!

14 Juni 2024   08:00 Diperbarui: 14 Juni 2024   08:04 93
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Dan kehidupan dunia tak lain adalah permainan dan senda gurau."

QS. Al-An'am: 32

Kali ini saya mau membahas terkait ayat diatas yang menyatakan bahwa Dunia ini tak lain dan tak bukan adalah permainan dan senda gurau belaka. Wah... Luar biasa memang Tuhan itu Maha Hebat. Pada saat saya mempelajari ilmu psikologi, fisika kuantum dan beragam ilmu pengembangan diri dan spiritual lainnya, barulah saya menyadari betapa benarnya ayat tersebut diatas.

Saya mencoba menganalisa melalui 2 pendekatan ilmu, yang pertama melalui pendekatan psikologi. Dalam ilmu psikologi, manusia 80% hidupnya dikontrol oleh pikiran bawah sadar (PBS), sementara PBS kita terbentuk di usia 0-7 tahun! Di usia anak-anak yang sedang gemar-gemarnya bermain dan bersenda gurau! Barulah saya sadar ternyata sosok "inner child" saya yang ternyata selama ini mengontrol PBS saya dan otomatis mempengaruhi dan mengendalikan hidup saya juga selama ini.

Beragam program negatif yang terinstall di masa kecil dan tanpa disadari ternyata mempengaruhi kehidupan saat ini karena menjadi cetak biru, menjadi citra diri dan membentuk paradigma dalam level bawah sadar. Saya pun kemudian rutin menemui sosok "inner child" saya melalui proses meditasi. Saya berikan dia rasa bahagia, nyaman, penghargaan, kasih sayang dan lain sebagainya. Saya mencoba menyembuhkan masa lalu saya. Mencoba meretas masa lalu saya. Memaafkan dan melepaskan segala bentuk emosi negatif yang secara psikis mempengaruhi "inner child" saya. Satu per satu, keajaiban-keajaiban kecil dalam bentuk sinkronisitas terjadi dalam hidup. Sang "inner child" mulai tersembuhkan dan emosi-emosi negatif yang selama ini melekat dalam diri saya terlepaskan. Tantangan permainan di level 1 pun mulai terlewati.

Catatan: Buat yang ingin mengikuti meditasi terpandu untuk menyembuhkan sosok "inner child", silahkan masuk ke video saya di tautan link berikut ini: 
Sekarang kita coba lakukan pendekatan melalui sudut pandang dan kacamata ilmu fisika kuantum. Kita menyadari bahwa di level kuantum, di level sub atomik, pada saat partikel-partikel kita belah-belah ke dalam bentuk terkecil, ternyata tidak ada apapun di dalamnya. Hanya sebuah kekosongan belaka.

Artinya apa? Artinya kehidupan di Dunia ini memang layaknya permainan komputer! Seperti hologram! Apa yang kita lihat, raba, rasa, dengar dan lain sebagainya di level tataran fisika kuantum hanyalah berupa energi, frekuensi dan vibrasi. Dan pada saat kesadaran kita sudah sampai di tataran kuantum, kita akan menyadari bahwa Dunia dan seisinya ini memang hanyalah permainan belaka. Roh kita, sang kesadaran murni, sedang dimasukkan ke dalam pakaian "virtual reality" (VR) yang berbalut tulang dan daging yang dilengkapi panca indera agar memiliki kemampuan merubah sesuatu yang berupa energi, frekuensi dan vibrasi menjadi suatu benda berwujud materi.

https://deelesmana.com/
https://deelesmana.com/

Dan pada waktu kita faham bahwa di level kuantum, segala sesuatunya itu satu dan saling terhubungkan melalui mekanisme "Quantum Entanglement", kita kembali disadarkan, bahwa apapun yang kita lakukan pasti akan kembali kepada kita. Ngeri yah? Maka permainan di level 2 adalah untuk meluruhkan segala bentuk ego kita sebagai manusia. Segala bentuk identitas yang melekat selama ini ternyata adalah "PALSU", dibuat hanya sekedar untuk menjadi bagian dalam menjalani kehidupan di level tataran materi atau duniawi saja. Realitas kita yang selama ini kita jalani, ternyata pada saat dibawa naik ke tataran fisika kuantum hanyalah semu, hanyalah kekosongan belaka!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun