Mohon tunggu...
Dimas Sadiman
Dimas Sadiman Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Sebagai penulis dan peduli dengan berbagai konten lokal. Saat ini sebagai owner dari penerbit anugrah jaya Palembang. Ketua IKAPI Sumsel, dan menulis diberbagai penerbit mayor

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih

Ketika Pilkada Tak Lagi Menarik

20 Agustus 2024   08:15 Diperbarui: 20 Agustus 2024   08:36 17
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerita Pemilih. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Belajar membaca situasi merupakan salah satu kemampuan literasi yang terasi. Membaca keadaan pasca pilpres, nampaknya Adai partai politik yang semakin takut jauh dari kekuasaan. 

Hal ini berimbas pada borong partai, dan usaha untuk melawan kotak kosong pada setiap polkada. Jakarta sebagai barometer politik dan pilkada di Indonesia menjadi kunci untuk yang lainnya di daerah. RK kemungkinan bakal maju tanpa lawan, karena AB yang punya kesempatan untuk maju., hampir semua partai mencalonkan RK dan dan hanya PDIP yang konon akan mencalonkan AB. 

Pilkada serentak yang seharusnya menjadi ajang memberikan pelajaran demokrasi kepada generasi muda hancur berkeping-keping. Jika hal ini terjadi maka jangan harapkan kita akan mendapatkan pemimpin yang diinginkan rakyat. 

Proses kompetisi tidak terjadi, sistem mahar yang terjadi menjadi halangan utama untuk mendapatkan sistem demokratis. Apa yang diharapkan dari sistem borong partai, semua partai ingin menjadi bagian dan penguasa. Tidak ada oposisi. Jika hal ini terjadi di mana akan terjadi kontol. 

Rakyat sudah terlanjur memberikan suara kepada wakilnya dan mempercayakan kepadatan anggota  DPR dan DPRD sekarang semua sudah hancur berkeping-keping. 

Hal ini akan mendorong partisipasi politik salam pilkada kan menurun. Orang akan cenderung tidak memilih jika hal ini terjadi. Karena aspirasinya tidak tersalurnya. 

Saya membayangkan betapa menariknya jika terjadi persaingan RK dan AB dalam pilkads Jakarta. Siapapun yang memang akan memberikan rasa puas karena keduanya adalah putra terbaik bangsa. 

Untuk apa biaya milyaran dikeluarkan sedangkan pemilihan hanya 1 orang, sebuah seremoni yang sangat mahal bagi rakyat. 

Di sisi lain ekonomi sedang tidak baik  aik saja, dengan semakin limbungnya rakyat mencari nafkah untuk menghidupi keluarga. 

Pemikiran lain bersiap siaplah karena pemikiran model Orde Baru, politik tanpa kontrol bakal terjadi. Semoga rakyat kita akan baik baik saja ditengah Pilkada yang semakin tidak menarik. 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun