Mohon tunggu...
Dimasmul Prajekan
Dimasmul Prajekan Mohon Tunggu... Guru - berbagi kebaikan untuk kehidupan

Anak desa mencari makna hidup

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Emil dan Keberpihakan pada Guru

24 Januari 2020   05:44 Diperbarui: 24 Januari 2020   05:39 67
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Ketika para guru berhadapan dengan waktu yang sempit, sementara target kurikulum masih segudang, guru akan diburu oleh waktu, Guru akan lebih banyak mengajar dengan penekanan ilmu pengetahuan ( kognitif ) dibandingkan mengembangkan sisi afektif ( sikap ) dan psikomotor ( keterampilan). 

Dampak lanjutan yang dirasakan adalah anak cerdas dalam menghafal ilmu pengetahuan, tapi miskin dalam keterampilan demonstratif penguasaan ilmu pengetahuan. 

Pada saat bersamaan, banyak guru mengajar mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam ( IPA ), lebih bernafas sastra IPA dari pada keterampilan IPA. Inilah sebenarnya yang perlu digelorakan, bagaimana Ilmu Pengetahuan Alam ( IPA ) sebagai keterampilan daripada sebagai ilmu pengetahuan. Ini hanya salah satu contoh kecil yang perlu pembenahan dan penyempurnaan.

Idealnya, para guru akan lebih banyak menunjukkan kemahiran tentang tema yang disampaikan.  Kalau guru piawai mendemonstrasikan berbagai perangkat, alat peraga di ruang laboratorium,  atau membawa anak langsung ke alam terbuka untuk mengamati kebenaran hakiki sebuah ilmu, kita yakin anak - anak kita akan juga mampu mendemonstrasikan tema - tema yang dijelaskan guru. Ada aspek afektif dan psikomotorik yang menonjol disana.

Menurut Howard Gardner dalam Teory of Multiple Intelegence, anak memiliki kecerdasan majemuk. Kecerdasan linguistik, matematis - logis, visual, musical, kinestetis, interpersonal, intrapersonal, naturalis, dan spiritual. Mengingat setiap anak memiliki jenis kecerdasan yang berbeda, dengan sendirinya kita akan memberi perlakukan dan mengapresiasi kecerdasan yang dimiliki anak dengan sudut pandang yang berbeda. 

Disinilah diperlukan kecermatan dalam memberikan assessment yang sesuai. Assesment sebagai proses untuk mengetahui kemampuan seseorang terhadap suatu kompetensi berdasarkan bukti -- bukti.

Setelah kran keterbukaan begitu besar, ruang berekspresi dan berinovasi sangat lebar, para guru akan dimanjakan oleh waktu yang luas untuk berkreasi. 

Maka bagaimana  menangkap peluang ini untuk mengisi dengan sebaik --baiknya. Ada harapan yang cukup mahal dari penyederhanaan adminstratif ini adalah pembentukan karakter. Setali tiga uang antara Mendikbud Nadiem dan Presiden Jokowi memiliki komitment yang sama tentang kemampuan anak yang diharapkan. 

Anak diharapkan siap kerja siap berkarya. Adakah kita sudah bersiap - siap mengisi ruang - ruang kosong yang ditinggalkan sebagai dampak pengurangan beban administrasi?

Dalam hal ini urgensi seorang guru untuk terus belajar dan menjadi pembelajar tiada henti sangat diperlukan. Menjadi guru penggerak adalah bagaimana memaksimalkan peran sentral para guru untuk mengembangkan potensi yang dimiliki anak. Sebab anak, bukanlah kertas kosong yg tidak memiliki kemampuan apa - apa. 

Mereka justru telah dipersiapkan oleh Allah dengan, mutiple intelegence ( kecerdasan majemuk ) sebagai bekal untuk memasuki kehidupan sebenarnya saat dia dewasa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun