Revolusi  industri 4.0 telah mulai memakan korbannya. Masuklah ke jalan tol.  Betapa kasir - kasir cantik di pintu - pintu tol yang melayani  pembayaran jasa jalan tol, kini mulai steril dari pandangan. Jalan tol  sudah tak butuh pelayanan manusia.
Tugas melayani, telah digantikan oleh  mesin. Para costumer tak perlu berurusan dengan sepotong kartu manual di pintu masuk lalu membayar di pintu berikutnya. Para costumer cukup  menempelkan kartu e-tol, dan bereslah urusan transaksi keuangan dengan  jasa marga.
Wanita cantik yang melayani pembayaran jasa jalan tol  telah menjadi salah satu korban revolusi industri 4.0.Karyawati yang  selama ini melayani pembayaran jasa jalan tol tiba - tiba harus angkat  kaki.
Berapa jumlah pintu tol ? Sebanyak itu pula para karyawati dihempaskan nasibnya oleh kehadiran kartu tol elektronik.
Sepotong  pemandangan yang ada di depan mata. Saya yakin pemandangan seperti ini  akan terjadi di bilik dunia lain,di sektor - sektor lain.
Saya  hanya ingin mengatakan betapa kehidupan ini terus bergerak menuju  perubahannya. Perubahan yang telah membongkar kemapanan dalam sendi -  sendi kehidupan. Zona - zona nyaman kini menjadi tidak nyaman  lagi.Jabatan yang dulu menjadi incaran banyak orang sekarang bisa hilang  dari peredaran. Banyak hal yang sudah tergantikan oleh kehadiran mesin  dan teknologi.
Jika di luar sana perubahan sudah sedemikian  dahsyat dan menyenggol beberapa aspek kehidupan, hal ini akan jua  menyisir dunia pendidikan.Dunia pendidikan akan menjadi peta terdampak  dari fenomena revolusi industri 4.0 yang sedang berlangsung.
Kehadiran  perangkat teknologi canggih pada saatnya akan menjadi air bah tak bisa  dibendung yang akan memasuki dunia pendidikan, membanjiri sekolah -  sekolah di Indonesia, masuk ke ruang kelas - kelas kita tanpa izin dan  permisi? Ayo bersiap - siaplah.
Kalau saat ini smartboard( papan  tulis digital) masih terbatas di Gedung Guru PB PGRI Tanah Abang,pada  saatnya nanti akan menjadi kebutuhan pendidikan di Indonesia. Kebutuhan  mengajar bagi sekian ribu guru di Indonesia.
Hadirnya robot -  robot pintar kian menyadarkan kita bahwa peran - peran manusia, peran  guru sedikit mulai tereduksi. Sedikit teringan kan. Kehadiran virtual  intelegence ( kecerdasan buatan) harus dipersepsi sebagai sarana untuk  meringankan beban berat para guru.Bukan meniadakan peran guru.
Persoalan  - persoalan mendasar seperti pembentukan karakter, kedisiplinan,  membangun semangat nasionalisme, membentuk akhlak siswa hanya bisa  dilakukan seorang guru. guru.Sebab kehebatan dan kemuliaan para guru tak  kan pernah tergantikan oleh kehadiran sang robot pintar.Bedanya manusia  punya sepotong 'hati' sementara sang robot pintar tak memilikinya.Hati  para guru yang akan mengisi ruang kosong para siswa menjadi bangunan  indah yang diharapkan. Ruang kosong itu bernama akhlak dan kepribadian.