Tangerang - Ceritanya di awal tahun ini Kartunet mengalami penyegaran dan penajaman visi. Kartunet sebagai sebuah media ingin dihidupkan kembali update artikelnya dan diperkuat posisinya sehingga punya pengaruh sebagai kanal suara disabilitas yang muda, progresif, dan inklusif.
Berawal dari dibentuknya Tujuh Langit, yang didukung oleh keluarga bu Ami Atmando dan punya fokus di bidang pelatihan dan peningkatan kapasitas untuk difabel, sehingga membuat Kartunet difokuskan hanya pada pengembangan media dan pengelolaan komunitas. Sedang untuk Tujuh Langit, mungkin akan saya share ceritanya di post lainnya. Saat ini mau cerita dulu mengenai Kartunet di 2017 dan bagaimana perannya dalam media dan demokrasi kita.
Rencananya, Kartunet sebagai media ini ingin saya tegaskan peranannya dalam dunia disabilitas dan juga demokrasi kita. Kartunet meski tidak terlalu sering mengadakan kegiatan offline, Alhamdulillah selalu mendapat posisi dalam pergerakan dunia disabilitas, termasuk dilibatkan dalam proses pembuatan kebijakan di pemerintah yang menyangkut anak muda dan disabilitas. Saya yakin itu semua karena Kartunet dapat menawarkan sesuatu ide dan gagasan yang berbeda setiap kali dimintai pendapatnya. Standing Kartunet jelas yaitu untuk memperjuangkan hak-hak pemuda dengan disabilitas pada lapangan kerja dan akses pada teknologi informasi. Itu yang sepertinya menjadi pembeda dari Kartunet dengan DPO atau organisasi penyandang disabilitas lainnya.
Untuk itu sayang sekali jika Kartunet tidak dilanjutkan dan mengadakan regenerasi. Perlu ada tenaga-tenaga dan pemikiran-pemikiran muda baru yang buat Kartunet tetap fresh dan mendapatkan posisi di masyarakat. Hingga di awal desember lalu, saat momentum Jambore IT yang diadakan oleh Kementrian Kominfo RI dan kebetulan saya jadi salah satu instruktur di sana, ada kesempatan untuk dapat bertemu dan ngobrol langsung dengan Banyu, Alfian dan Syarif. Mereka menurut saya anak-anak muda tunanetra yang di atas rata-rata teman sebayanya. Punya visi dan pemikiran yang progresif. Saya menilai kontribusi mereka akan dapat membuat Kartunet lebih berakselerasi lagi.
Pertama si Banyu. Dia saat ini mahasiswa baru di kampus Muhamadiyah Sukabumi. Cita-cita mau masuk jurusan sejarah UI, tapi belum rejekinya pada seleksi tahun pertama. Katanya mau ikut seleksi lagi tahun ini dan semoga saja berhasil masuk ke jurusan Soe Hok Gie itu. Menurut saya Banyu ini punya sikap dan pemikiran yang lebih dewasa dibanding teman seusianya. Dia juga sudah berpengalaman ikut organisasi sebesar Forum Anak Nasional. Jadi saya yakin Banyu dapat lebih berkembang i di Kartunet.
Lalu Alfian. Dia pertama saya kenal saat Kompetisi IT Nasional oleh Kementrian Kominfo tahun 2015. Lalu setelahnya paling interaksi via RS games bersama anak-anak lainnya. Lalu baru saya membuktikan kemampuan leadership dia ketika saya minta tolong untuk mengumpulkan 40 tunanetra untuk ikut dalam pelatihan literasi TIK oleh Kementrian Kominfo di Surabaya, Februari tahun 2016. Hasilnya luar biasa. Tak sulit bagi Alfian dengan network yang dia punya untuk mengumpulkan orang sebanyak itu. Saya yakin jika tak punya kemampuan mengorganisasi yang baik dan sedikit kharisma, hal itu pastinya sulit. Dari sana saya yakin Alfian ini bisa jadi harapan untuk perjuangan disabilitas berikutnya.
Lalu saya juga bertemu dengan Nur Syarif di acara Jambore IT kemarin. Syarif ini baru lulus dari Universitas Negeri Makassar. Dia punya cita-cita untuk lanjut kuliah di luar negeri lewat jalur beasiswa. Masih ingat ketika dulu saat Syarif masih kelas 3 SMA dan menelepon saya untuk minta pertimbangan memilih jurusan dan universitas. Time goes so fast, dan waktu 4 tahun itu berlalu begitu cepat.Â
Syarif juga lumayan aktif di organisasi ketunanetraan di Makassar, dan terlebih lagi dia punya kemampuan menulis yang baik. Saya yakin bahwa seseorang tidak akan dapat menjadi besar tanpa menulis. Soekarno, Hatta, Syahrir, semuanya orang-orang besar yang juga menulis. Semoga Syarif ini juga dapat jadi salah satu harapan untuk komunitas disabilitas ke depan.
Dengan suntikan engergi-engergi baru ini, saya ingin Kartunet dapat lebih menegaskan posisinya di ranah publik. Kartunet harus peka dengan perkembangan sosial politik dan mampu menyampaikan pernyataan atau pendapatnya pada suatu hal. Sekaligus, kita ingin Kartunet ini dapat menyampakan ide dan gagasannya juga ke komunitas. Sebab jangan sampai gagasan hanya terhenti pada tataran elit, sedang teman-teman di akar rumput tidak satu frekuensi. Maka dari itu kita buatlah editorial rutin, diskusi-diskusi online, pocast, dan juga talent pool melalui kelompok menulis.
Semoga saja Kartunet ke depan makin jaya dan punya pengaruh positif yang makin besar untuk negara ini pada umumnya, dan komunitas disabilitas pada khususnya. Ingin rasanya ketika masyarakat bertanya mengenai bagaimana pendapat atau suara disabilitas terkait satu hal, maka yang terfikirkan adalah Kartunet. Ingin ketika komunitas disabilitas di akar rumput yang rentan manipulasi politik atau kepentingan, Kartunet dapat menempatkan diri di pihak yang independen dan memberi manfaat ntuk semua. Semoga, dan dirgahayu Kartunet di usia yang ke-11 ini.(DPM)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H