Ada beberapa alasan mengapa PDI-P memilih jalur ini. Pertama, dengan tetap berada di luar kabinet, PDI-P dapat menjaga independensinya dan tetap bisa mengkritisi kebijakan pemerintah yang dianggap tidak sejalan dengan visi partai. Ini memberikan fleksibilitas dalam menentukan sikap politik ke depan.
Kedua, keputusan ini juga bisa dilihat sebagai persiapan untuk Pemilu 2029. Dengan tidak terlalu terikat dalam pemerintahan, PDI-P dapat menjaga citranya sebagai partai yang tetap berpihak kepada rakyat, terutama jika ada kebijakan pemerintah yang tidak populer. Hal ini juga memungkinkan partai untuk membangun kekuatan politik baru tanpa harus berbagi panggung dengan partai-partai lain di kabinet.
Ketiga, faktor internal dalam PDI-P juga berpengaruh. Sebagai partai besar dengan tradisi kepemimpinan yang kuat, PDI-P mungkin ingin menjaga soliditas internalnya tanpa harus beradaptasi dengan dinamika koalisi pemerintahan yang kompleks.
Namun, ada pula risiko dari strategi ini. Jika pemerintahan Prabowo-Gibran berhasil menjalankan kebijakan yang populer dan membawa keberhasilan ekonomi serta stabilitas politik, maka PDI-P bisa kehilangan momentum di Pemilu berikutnya. Sebaliknya, jika pemerintahan ini menghadapi banyak tantangan, PDI-P bisa mengambil keuntungan politik dengan tetap berada di luar dan mengkritisi dari parlemen.
Peluang PDI-P Masuk Kabinet di Masa Depan
Meskipun saat ini PDI-P menegaskan tidak akan bergabung dalam kabinet, politik selalu dinamis. Dalam sejarah politik Indonesia, sering kali terjadi perubahan sikap partai-partai besar seiring dengan perkembangan situasi nasional dan internasional.
Jika dalam beberapa tahun ke depan terjadi perubahan besar dalam arah kebijakan atau ada kebutuhan akan rekonsiliasi politik yang lebih luas, bukan tidak mungkin PDI-P akhirnya memutuskan untuk masuk ke dalam pemerintahan.
Di sisi lain, Prabowo sebagai presiden juga harus memastikan stabilitas politik dalam pemerintahannya. Jika dukungan di parlemen mulai berkurang atau ada kebutuhan untuk memperkuat basis politiknya, bisa saja ada tawaran baru bagi PDI-P untuk masuk ke dalam koalisi pemerintahan.
Kesimpulan
PDI-P saat ini mengambil sikap yang cukup unik dalam politik Indonesia. Dengan mendukung pemerintahan Prabowo-Gibran tetapi tanpa menempatkan kadernya di kabinet, partai ini mencoba menjaga keseimbangan antara mendukung pemerintah dan tetap memiliki kebebasan politik.
Keputusan ini tentu memiliki konsekuensi politik jangka panjang, baik bagi PDI-P sendiri maupun bagi pemerintahan Prabowo-Gibran. Apakah strategi ini akan menguntungkan atau justru merugikan PDI-P, hanya waktu yang bisa menjawab. Namun, satu hal yang pasti, dinamika politik Indonesia akan tetap menarik untuk diikuti dalam beberapa tahun ke depan.