Sejak Konferensi Asia-Afrika (KAA) pada tahun 1955 di Bandung, cita-cita solidaritas antara negara-negara di Asia dan Afrika telah menjadi salah satu simbol perjuangan melawan kolonialisme dan imperialisme. Momentum tersebut berhasil mempersatukan berbagai bangsa yang baru merdeka untuk bersama-sama memperjuangkan hak politik, ekonomi, dan sosial di tengah dominasi negara-negara maju. Kini, hampir tujuh dekade kemudian, semangat Bandung tetap relevan. Dalam konteks globalisasi yang semakin kompleks, gagasan membangun blok ekonomi Asia-Afrika kembali mencuat sebagai langkah strategis untuk menciptakan tatanan ekonomi global yang lebih adil dan inklusif.
Potensi Besar Asia dan Afrika
Asia dan Afrika adalah dua kawasan dengan potensi luar biasa. Bersama-sama, keduanya menjadi rumah bagi lebih dari 70% populasi dunia, atau sekitar 5,6 miliar orang. Kawasan ini juga kaya akan sumber daya alam, mulai dari minyak bumi, gas, mineral, hingga potensi agraris yang melimpah. Selain itu, populasi muda di kedua kawasan menjadi aset berharga untuk mendukung pertumbuhan ekonomi jangka panjang.
Data menunjukkan, Asia telah menjadi motor penggerak ekonomi global. Negara-negara seperti Tiongkok, India, Jepang, dan anggota ASEAN memiliki produk domestik bruto (PDB) yang besar dan terus berkembang. Afrika juga menunjukkan perkembangan signifikan. Menurut Bank Pembangunan Afrika, pertumbuhan ekonomi Afrika mencapai 3,2% pada 2023 dan diproyeksikan naik menjadi 3,8% pada 2024. Pertumbuhan ini didorong oleh peningkatan investasi infrastruktur, ekspor komoditas, dan penguatan pasar domestik.
Dalam hubungan bilateral, perdagangan antara Asia dan Afrika terus meningkat. Tiongkok, sebagai salah satu kekuatan ekonomi terbesar di Asia, menjadi mitra dagang utama bagi banyak negara Afrika. Pada tahun 2023, perdagangan antara Tiongkok dan Afrika mencapai lebih dari 1 triliun yuan, dengan pertumbuhan signifikan dalam berbagai sektor, seperti infrastruktur, teknologi, dan energi. Afrika Selatan, misalnya, mencatat nilai perdagangan sebesar 226,15 miliar yuan dengan Tiongkok hanya dalam tujuh bulan pertama 2023, meningkat 10,5% dibanding tahun sebelumnya.
Indonesia dan Hubungan Asia-Afrika
Sebagai negara yang menjadi tuan rumah KAA, Indonesia memiliki peran strategis dalam menghubungkan kedua kawasan ini. Dalam beberapa tahun terakhir, Indonesia telah memperkuat hubungan ekonomi dengan Afrika melalui berbagai inisiatif, seperti penyelenggaraan Indonesia-Africa Forum (IAF) dan Indonesia-Africa Infrastructure Dialogue (IAID). Pada 2022, total perdagangan Indonesia dengan negara-negara Afrika mencapai 17,4 miliar dolar AS, dengan ekspor senilai 7,2 miliar dolar AS.
Selain itu, kerja sama strategis di berbagai bidang, seperti infrastruktur, industri strategis, dan pembiayaan, semakin menguatkan hubungan ini. Misalnya, Indonesia menandatangani kesepakatan senilai 586,56 juta dolar AS dengan beberapa negara Afrika untuk pengembangan infrastruktur dan teknologi.Â
Mengapa Blok Ekonomi Asia-Afrika Dibutuhkan?
Blok ekonomi Asia-Afrika dapat menjadi solusi untuk mengatasi ketimpangan ekonomi global yang masih didominasi oleh negara-negara Barat. Dengan membentuk aliansi yang kuat, Asia dan Afrika dapat memperkuat posisi tawar mereka di forum internasional, seperti G20, WTO, dan PBB. Selain itu, blok ini dapat menjadi alat untuk mendorong perdagangan yang lebih adil, meningkatkan investasi, dan memperkuat konektivitas antarnegara.