Mohon tunggu...
dimas muhammad erlangga
dimas muhammad erlangga Mohon Tunggu... Aktivis GmnI

Baca Buku Dan Jalan Jalan Live In

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop

Natal 2024: Solidaritas Bersama Untuk Umat Kristen Palestina & Semua Rakyat Palestina!

19 Desember 2024   19:56 Diperbarui: 19 Desember 2024   19:56 139
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://wisconsinmuslimjournal.org/american-and-palestinian-christians-agree-on-what-would-bring-peace/

Natal tahun 2024 ini menjadi momen refleksi yang mendalam bagi umat Kristen di seluruh dunia. Di tengah perayaan kelahiran Yesus Kristus, kita diingatkan akan pesan cinta kasih, perdamaian, dan solidaritas. Namun, bagi saudara-saudari kita, umat Kristen Palestina, khususnya di Jalur Gaza, perayaan Natal tahun ini diliputi oleh penderitaan dan tantangan yang luar biasa akibat konflik yang berkepanjangan.

Kondisi Umat Kristen Palestina di Gaza

Komunitas Kristen di Gaza mengalami penurunan drastis dalam beberapa tahun terakhir. Pada tahun 2007, jumlah mereka tercatat sekitar 3.000 orang, namun kini hanya tersisa sekitar 1.000 orang. Kebanyakan dari mereka menganut Kristen Ortodoks Yunani, dengan kelompok lebih kecil mengikuti Gereja Baptis dan denominasi lainnya. Penurunan ini disebabkan oleh berbagai faktor, termasuk emigrasi akibat tekanan ekonomi, sosial, dan politik yang semakin meningkat. 

Selain itu, serangan udara dan darat oleh militer Israel telah menyebabkan kerusakan infrastruktur yang parah di Jalur Gaza. Lebih dari 70.000 rumah hancur, mengakibatkan 1,9 juta orang mengungsi di dalam wilayah Gaza. 

Perayaan Natal yang Terbatas

Perayaan Natal di Palestina tahun 2024 ini hanya sebatas ritual keagamaan, mengingat perang Israel yang masih berlangsung di Jalur Gaza. 

Di tengah tekanan yang luar biasa ini, perayaan Natal menjadi sangat terbatas. Tidak ada pesta besar atau perayaan yang semarak. Gereja-gereja di Gaza dan Tepi Barat hanya mengadakan misa sederhana, sering kali dalam suasana ketakutan. Di Bethlehem, tempat Yesus dilahirkan, pengunjung dan peziarah yang datang ke Gereja Kelahiran menghadapi pembatasan ketat dari otoritas Israel. Bethlehem yang seharusnya menjadi simbol perdamaian kini dikelilingi oleh tembok pemisah yang membatasi gerak rakyat Palestina, termasuk umat Kristennya.

Kondisi ini mencerminkan diskriminasi yang dialami oleh komunitas Kristen Palestina. Pemerintah Israel dituduh secara sistematis menekan hak-hak minoritas Kristen. Langkah-langkah seperti pemajakan gereja-gereja, pembatasan visa pendeta, dan pembatasan akses ke situs-situs suci semakin memperburuk situasi. Pada tahun 2024, laporan dari organisasi HAM menunjukkan bahwa komunitas Kristen di Yerusalem menghadapi ancaman kehilangan properti gereja mereka akibat tekanan hukum dan klaim ilegal oleh kelompok ekstremis Yahudi

Kekerasan dan Diskriminasi terhadap Umat Kristen Palestina

Kekerasan yang dialami oleh umat Kristen Palestina tidak hanya terbatas pada serangan fisik, tetapi juga mencakup diskriminasi sistematis. Pemerintah Israel dituduh secara sengaja menargetkan komunitas Kristen di Palestina, khususnya di Yerusalem dan wilayah pendudukan lainnya. Langkah-langkah seperti pemajakan gereja dan pembatasan akses ke situs-situs suci semakin memperparah situasi. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun