Di Irak, Partai Ba'ath berkuasa sejak kudeta tahun 1968 yang dikenal sebagai Revolusi 17 Juli. Pada 1979, Saddam Hussein naik menjadi presiden, menjadikan dirinya simbol kekuatan Ba'athisme di Irak. Di bawah kepemimpinannya, pemerintah menjalankan program nasionalisasi sumber daya minyak, yang memberikan keuntungan ekonomi besar bagi negara. Saddam juga memodernisasi infrastruktur Irak, termasuk pembangunan jalan, rumah sakit, dan sekolah.
Namun, di balik kemajuan ekonomi, rezim Saddam Hussein terkenal dengan tindakan represifnya. Pelanggaran hak asasi manusia, pembantaian terhadap minoritas Kurdi di Halabja (1988), serta penindasan oposisi politik menjadi noda hitam dalam sejarah pemerintahan Ba'ath di Irak. Puncaknya, invasi ke Kuwait pada 1990 memicu sanksi internasional yang menghancurkan ekonomi Irak. Runtuhnya kekuasaan Saddam pada 2003 oleh invasi Amerika Serikat menjadi akhir dari era Ba'athisme di negara tersebut.
2. Suriah: Dinasti Assad
Di Suriah, Partai Ba'ath mengambil alih kekuasaan melalui kudeta militer pada 1963. Sejak saat itu, partai ini menjadi kekuatan politik dominan. Hafez al-Assad, yang mengambil alih kekuasaan pada 1970, mengokohkan Ba'athisme sebagai ideologi negara. Setelah kematiannya pada 2000, kekuasaan dilanjutkan oleh putranya, Bashar al-Assad.
Berbeda dengan Irak, Ba'athisme di Suriah beradaptasi dengan cara mempertahankan kekuasaan melalui jaringan loyalitas keluarga, militer, dan minoritas Alawi. Namun, konflik internal muncul pada 2011 dengan meletusnya Arab Spring. Penindasan brutal terhadap demonstrasi damai memicu perang saudara yang telah menelan jutaan korban jiwa dan membuat jutaan lainnya mengungsi. Hingga kini, rezim Assad tetap bertahan, meskipun legitimasi politiknya telah lemah di mata dunia.
Kritik terhadap Ba'athisme
Meskipun memiliki cita-cita mulia untuk mempersatukan dunia Arab, Ba'athisme sering kali dikritik karena praktik otoritarianisme yang diterapkan rezim-rezimnya. Beberapa kritik utama terhadap ideologi ini meliputi:
Otoritarianisme: Rezim-rezim Ba'ath cenderung memusatkan kekuasaan di tangan satu kelompok atau individu. Di Irak, Saddam Hussein memanfaatkan Partai Ba'ath untuk menyingkirkan lawan politiknya. Di Suriah, kekuasaan tetap berada dalam kendali keluarga Assad.
Pelanggaran HAM: Tindakan brutal seperti pembantaian Halabja di Irak dan penindasan demonstrasi Arab Spring di Suriah menunjukkan sisi gelap pemerintahan yang mengatasnamakan Ba'athisme.
Kegagalan Ekonomi Jangka Panjang: Meskipun sempat mengalami pertumbuhan ekonomi, kebijakan nasionalisasi sering kali tidak diikuti dengan pengelolaan yang baik. Ini membuat negara-negara Ba'athis seperti Irak dan Suriah akhirnya mengalami stagnasi ekonomi.
Ba'athisme di Era Modern