Agrarianisme, sebuah ideologi yang menempatkan pertanian dan kehidupan pedesaan sebagai pusat pembangunan masyarakat, semakin sering dihubungkan dengan kelompok politik sayap kanan di Eropa. Fenomena ini menarik perhatian, mengingat agrarianisme pernah menjadi bagian dari narasi politik sayap kiri yang memperjuangkan hak-hak petani dan reforma agraria. Namun, dalam dekade terakhir, ideologi ini lebih banyak diasosiasikan dengan kelompok konservatif kanan yang mengutamakan nasionalisme dan tradisionalisme. Artikel ini akan membahas penyebab pergeseran ini dan relevansi agrarianisme dalam politik Eropa kontemporer, disertai fakta dan data terbaru.
Sejarah Agrarianisme di Eropa
Agrarianisme pertama kali muncul di Eropa pada abad ke-19 sebagai respons terhadap industrialisasi yang masif. Industrialisasi membawa perubahan sosial-ekonomi besar, termasuk migrasi besar-besaran dari desa ke kota, ketimpangan ekonomi, dan degradasi kehidupan tradisional di pedesaan. Dalam konteks ini, agrarianisme berkembang sebagai ideologi yang menekankan pentingnya mempertahankan nilai-nilai tradisional pedesaan, memperkuat swasembada pangan, dan melindungi petani kecil dari tekanan pasar global.
Pada masa itu, agrarianisme sering menjadi bagian dari agenda kelompok politik kiri yang memperjuangkan keadilan sosial. Gerakan ini mendorong reforma agraria sebagai langkah melawan dominasi tuan tanah dan kapitalisme agraria. Sebagai contoh, revolusi agraria di Rusia dan Spanyol pada awal abad ke-20 merupakan hasil perjuangan kaum kiri untuk mendistribusikan tanah kepada petani miskin.
Namun, setelah Perang Dunia II, agrarianisme mulai beralih ke spektrum politik kanan. Hal ini dipengaruhi oleh perubahan paradigma politik, sosial, dan ekonomi di Eropa.
Faktor-Faktor Peralihan Agrarianisme ke Sayap Kanan
1. Nasionalisme dan Identitas Budaya
Kelompok politik sayap kanan di Eropa memanfaatkan agrarianisme untuk membangun narasi nasionalisme yang kuat. Desa dan pertanian sering dianggap sebagai simbol identitas nasional yang otentik, bebas dari pengaruh globalisasi dan modernisasi. Dalam narasi ini, kehidupan pedesaan diposisikan sebagai penjaga tradisi budaya lokal dan sebagai perlawanan terhadap homogenisasi budaya akibat globalisasi.
Sebagai contoh, Partai Nasionalis Prancis, National Rally (sebelumnya Front National), sering menggunakan simbol pedesaan dalam kampanyenya untuk menekankan pentingnya melindungi warisan nasional dari imigrasi dan pengaruh asing. Partai ini meraih dukungan besar di wilayah pedesaan Prancis, terutama dalam pemilihan Parlemen Eropa 2019, di mana mereka mendapatkan 30% suara di daerah pedesaan dibandingkan hanya 20% di kota-kota besar.
2. Konservatisme Sosial dan Nilai Tradisional