Pilkada yang bersih dan efisien merupakan fondasi demokrasi yang sehat. Dalam sistem demokrasi, kepercayaan masyarakat terhadap proses pemilu sangat penting untuk menjaga legitimasi pemerintahan. Namun, sering kali pemilu, termasuk Pilkada di Indonesia, diwarnai berbagai tantangan, seperti potensi kecurangan, biaya tinggi, hingga pelanggaran administratif yang mencoreng asas langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, dan adil (luber dan jurdil). Dalam upaya memperbaiki kualitas Pilkada di Indonesia, penting bagi kita untuk belajar dari negara-negara lain yang sudah memiliki pengalaman panjang dalam menjalankan pemilu yang lebih transparan dan efisien. Dua negara yang patut menjadi contoh adalah Brasil dan Amerika Serikat (AS).
Brasil: Pionir dalam Penerapan E-Voting
Brasil merupakan salah satu negara yang menjadi pelopor dalam penerapan sistem pemilu elektronik atau e-voting. Sejak tahun 1996, negara ini mulai menggunakan mesin pemungutan suara elektronik untuk menggantikan sistem manual yang rentan terhadap kecurangan. E-voting di Brasil bertujuan untuk mengatasi masalah yang sering terjadi dalam pemilu tradisional, seperti manipulasi data hasil pemilu dan lambatnya proses penghitungan suara.
Keunggulan sistem e-voting Brasil terletak pada kecepatan penghitungan suara. Dalam pemilu presiden 2022, misalnya, hasil pemilu dapat diketahui hanya dalam waktu beberapa jam setelah tempat pemungutan suara (TPS) ditutup, meskipun Brasil memiliki populasi lebih dari 200 juta jiwa dengan luas wilayah yang sangat besar. Sistem ini membantu meningkatkan efisiensi dan akurasi dalam penghitungan suara, sehingga mengurangi potensi konflik akibat hasil pemilu.
Namun, penerapan teknologi ini bukan tanpa tantangan. Pada pemilu 2022, Presiden Jair Bolsonaro sempat meragukan keandalan sistem e-voting dan mengklaim adanya potensi kecurangan. Meskipun tidak ada bukti kuat yang mendukung tuduhan tersebut, keraguan ini menunjukkan bahwa kepercayaan publik terhadap teknologi pemilu sangat penting. Sebuah laporan dari militer Brasil mengonfirmasi tidak adanya kecurangan dalam penghitungan suara, meskipun mereka merekomendasikan peningkatan keamanan untuk mencegah risiko di masa depan.
Amerika Serikat: Kompleksitas dan Transparansi
Amerika Serikat memiliki sistem pemilu yang berbeda dengan Brasil. Negara ini menggunakan sistem Electoral College dalam pemilihan presiden, di mana suara rakyat diterjemahkan ke dalam suara elektoral berdasarkan negara bagian. Meskipun sistem ini sering dianggap rumit, ada banyak pelajaran yang dapat diambil dari transparansi proses pemilu di AS.
Di AS, teknologi informasi telah dimanfaatkan untuk meningkatkan transparansi dan kepercayaan publik. Misalnya, penggunaan mesin penghitungan suara elektronik dan publikasi hasil pemilu secara real-time membuat masyarakat dapat memantau proses pemilu secara langsung. Selain itu, keberadaan lembaga independen yang mengawasi proses pemilu menjadi jaminan bahwa hasil pemilu diolah secara adil dan transparan.
Namun, AS juga menghadapi tantangan besar, terutama terkait keamanan siber. Pada pemilu 2020, ada laporan tentang upaya peretasan oleh pihak-pihak asing yang ingin mengganggu integritas pemilu. Untuk mengatasi hal ini, pemerintah AS memperkuat sistem keamanan siber dan meningkatkan kesadaran publik tentang pentingnya melindungi data pribadi.
Pelajaran yang Dapat Diambil Indonesia