Di tengah ketegangan politik dan sosial yang terjadi di Israel, Haaretz muncul sebagai salah satu media terkemuka yang secara konsisten memperjuangkan perdamaian dan kebebasan. Didirikan pada tahun 1918, Haaretz bukan hanya menjadi sumber berita, tetapi juga simbol perjuangan bagi banyak warga Israel yang mendukung solusi damai dalam konflik dengan Palestina. Dengan sejarah panjang dan komitmen terhadap jurnalisme independen, Haaretz tetap menjadi salah satu suara progresif yang paling berpengaruh dalam lanskap media Israel, meskipun menghadapi berbagai tantangan dari kekuatan politik dan sosial konservatif.
Sejarah dan Ciri Khas Haaretz
Haaretz memiliki sejarah lebih dari seratus tahun dalam mengabdi sebagai media di Israel. Dimulai sebagai surat kabar yang diterbitkan dalam bahasa Ibrani, media ini telah berkembang menjadi salah satu platform terkemuka yang menawarkan pandangan kritis terhadap berbagai kebijakan pemerintah, terutama dalam konteks hubungan Israel dengan Palestina. Dengan mengusung nilai-nilai kebebasan pers, pluralisme, dan hak asasi manusia, Haaretz sering kali berada di garis depan dalam mengkritik kebijakan yang dianggap merugikan perdamaian.
Secara editorial, Haaretz dikenal dengan posisi yang sangat jelas dalam mendukung solusi dua negara (two-state solution) untuk konflik Israel-Palestina. Media ini memperjuangkan pembentukan negara Palestina yang damai berdampingan dengan Israel. Namun, hal ini sering membuatnya bertentangan dengan kebijakan nasionalis yang dianut oleh sebagian besar elemen politik di Israel.
Pro-Perdamaian dalam Perspektif Israel
Sebagai media yang pro-perdamaian, Haaretz seringkali memberikan kritik tajam terhadap kebijakan pendudukan Israel di wilayah Palestina, yang menurut mereka dapat menghalangi tercapainya solusi dua negara. Media ini tidak ragu untuk menyoroti pelanggaran hak asasi manusia yang terjadi di wilayah pendudukan, serta dampak jangka panjang dari kebijakan tersebut terhadap stabilitas kawasan.
Salah satu aspek yang paling menonjol dalam liputan Haaretz adalah keberaniannya dalam memberi ruang bagi suara-suara yang mendukung kesepakatan damai, baik dari dalam negeri maupun internasional. Dengan memuat opini-opini dari akademisi, politisi, dan jurnalis, Haaretz memperkaya wacana publik tentang pentingnya perdamaian yang adil dan langgeng. Dalam berbagai artikelnya, Haaretz juga sering mengingatkan publik bahwa solusi damai tidak hanya menguntungkan Palestina, tetapi juga Israel, karena akan membawa kestabilan politik dan ekonomi yang lebih baik bagi kedua belah pihak.
Menghadapi Tantangan dan Kritikan
Meski memiliki visi yang jelas tentang perdamaian, Haaretz tidak luput dari tantangan dan kritikan. Dalam beberapa tahun terakhir, tekanan terhadap media ini semakin meningkat. Seiring dengan semakin populernya kelompok-kelompok politik sayap kanan di Israel, Haaretz menjadi sasaran serangan dari mereka yang menuduhnya sebagai media yang "terlalu liberal" dan tidak mendukung kebijakan pemerintah yang lebih keras terhadap Palestina.
Pada 2024, misalnya, Haaretz menghadapi seruan dari pemerintah Israel untuk mengakhiri dukungan kepada surat kabar ini. Pemerintah Israel bahkan memboikot media ini dalam beberapa aspek, seperti tidak menyediakan iklan pemerintah. Ini mencerminkan betapa besar tantangan yang dihadapi oleh media yang mencoba untuk tetap objektif dan kritis dalam iklim politik yang semakin polaristik. Namun, meskipun mendapat tekanan, Haaretz tetap teguh mempertahankan prinsip-prinsip jurnalistiknya, dengan terus melaporkan secara adil dan independen.