Alternatif yang diajukan oleh Socrates adalah "pemerintahan oleh filsuf" atau "filosofi raja" (philosopher-king), yang artinya, pemimpin ideal adalah seorang yang memiliki kebijaksanaan dan keutamaan moral. Menurut Socrates, pemimpin yang baik adalah orang yang memahami apa yang baik dan benar, bukan hanya orang yang pandai berbicara atau mengumpulkan dukungan. Bagi Socrates, seorang filsuf, dengan kemampuannya untuk merenungkan nilai-nilai dasar dan mengejar kebijaksanaan, adalah orang yang paling tepat untuk memimpin sebuah negara.
Namun, gagasan pemerintahan oleh filsuf ini jelas berbeda dengan demokrasi. Socrates percaya bahwa hanya mereka yang berpengetahuan dan memiliki pemahaman mendalam tentang keadilan yang layak memimpin, sementara demokrasi, dengan sifatnya yang lebih terbuka, memberikan kesempatan yang sama bagi semua orang untuk berpartisipasi dalam proses politik. Hal ini, dalam pandangan Socrates, justru menjadi kelemahan, karena orang-orang yang tidak bijaksana bisa saja terpilih untuk memimpin.
5. Apakah Demokrasi Kebaikan atau Keburukan?
Menimbang pandangan Socrates, sulit untuk mengatakan bahwa ia sepenuhnya memandang demokrasi sebagai keburukan. Sebaliknya, ia tampaknya lebih menekankan risiko dan kelemahan yang mungkin muncul dalam sistem demokrasi yang tidak dikontrol dengan baik. Bagi Socrates, demokrasi memang memungkinkan kebebasan dan partisipasi politik, tetapi pada saat yang sama, tanpa pemimpin yang bijaksana, kebebasan tersebut bisa disalahgunakan dan mengarah pada ketidakstabilan sosial.
Namun, dalam konteks modern, kita bisa berargumen bahwa demokrasi telah berkembang pesat sejak zaman Socrates. Berbagai bentuk checks and balances, seperti lembaga perwakilan, konstitusi, dan aturan hukum, dirancang untuk mengurangi risiko yang dikemukakan oleh Socrates. Meski demikian, kritik Socrates tetap relevan sebagai pengingat bahwa demokrasi ideal adalah demokrasi yang diimbangi dengan pendidikan politik, akuntabilitas, dan kepemimpinan yang bijaksana.
Kesimpulan
Pandangan Socrates terhadap demokrasi mengajarkan kita untuk waspada terhadap bahaya potensial yang mungkin muncul dalam sistem demokrasi, seperti dominasi mayoritas yang tidak terdidik, kebebasan yang berlebihan, dan munculnya pemimpin yang manipulatif. Meskipun demikian, demokrasi tetap dianggap sebagai salah satu sistem pemerintahan terbaik oleh banyak orang di era modern karena kemampuannya memberikan kebebasan dan partisipasi kepada setiap individu. Socrates mengajak kita untuk memahami bahwa kebijaksanaan dan tanggung jawab moral harus menjadi landasan utama dalam sistem demokrasi agar tidak berubah menjadi keburukan bagi masyarakat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H