Mohon tunggu...
dimas muhammad erlangga
dimas muhammad erlangga Mohon Tunggu... Mahasiswa - Aktivis GmnI

Baca Buku Dan Jalan Jalan Live In

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Edmund Husserl: Paradigma Fenomenologi

11 November 2024   06:31 Diperbarui: 11 November 2024   07:48 137
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Edmund Husserl, filsuf Jerman kelahiran 1859, dikenal luas sebagai bapak fenomenologi. Filsafat fenomenologi yang ia gagas menjadi dasar bagi perkembangan pemikiran di bidang humaniora, terutama pada abad ke-20. Husserl mengembangkan fenomenologi sebagai metode untuk memahami pengalaman manusia secara langsung, tanpa asumsi atau prasangka teoritis. Paradigma ini menjadikan fenomenologi sebagai pendekatan yang unik dalam filsafat dan ilmu pengetahuan, berfokus pada deskripsi pengalaman subjektif manusia.

Husserl lahir dalam lingkungan Yahudi di Prossnitz, Moravia (kini bagian dari Republik Ceko). Awalnya ia mendalami matematika dan fisika, namun kemudian beralih ke filsafat. Pendidikan Husserl di bawah bimbingan Carl Stumpf dan Franz Brentano memperkenalkannya pada konsep-konsep psikologi dan filsafat empiris. Dari para gurunya, Husserl belajar pentingnya menyelidiki kesadaran dan fenomena secara langsung, yang kemudian ia kembangkan dalam filsafat fenomenologi.

Dasar-Dasar Pemikiran Fenomenologi

Fenomenologi bertujuan untuk memahami hakikat dari pengalaman subjektif manusia. Husserl mendefinisikan fenomenologi sebagai "ilmu tentang esensi" yang berusaha menggali makna dasar dari segala fenomena atau pengalaman yang muncul dalam kesadaran. Dalam pendekatan fenomenologis, pengalaman pribadi atau subjektif dianggap sebagai hal yang paling mendasar untuk memahami realitas. Berbeda dengan pendekatan ilmiah yang cenderung objektif dan terlepas dari kesadaran individu, fenomenologi menganggap bahwa segala pengetahuan harus bermula dari pengalaman subjek.

Fenomenologi menekankan pada pentingnya "epoche" atau penangguhan penghakiman. Epoche adalah proses penangguhan sementara semua asumsi tentang dunia eksternal, agar fenomena dapat dilihat dalam bentuk yang murni. Bagi Husserl, dengan melepaskan asumsi-asumsi yang biasa dipegang, kita dapat mengalami dunia sebagaimana adanya, tanpa distorsi dari penafsiran atau prasangka yang selama ini melekat.

Dalam metode fenomenologi, Husserl memperkenalkan konsep "reduksi fenomenologis." Reduksi ini bertujuan untuk menggali esensi dari fenomena melalui proses penyingkiran lapisan-lapisan asumsi yang biasanya menutupi pemahaman kita terhadap realitas. Proses reduksi ini memungkinkan kita untuk mencapai "kesadaran murni" atau "kesadaran transendental," di mana seseorang dapat memahami inti dari fenomena tanpa adanya campur tangan dari prasangka subjektif.

Fenomenologi Sebagai Dasar Pengetahuan

Dalam teori fenomenologi, Husserl berusaha menjawab pertanyaan fundamental tentang dasar pengetahuan manusia. Berbeda dengan aliran positivisme yang menekankan bahwa pengetahuan hanya dapat diperoleh dari observasi empiris, Husserl menunjukkan bahwa pemahaman kita tentang dunia juga tergantung pada cara kita memaknai pengalaman. Melalui fenomenologi, pengetahuan dipahami sebagai hasil dari interaksi antara kesadaran subjek dan dunia yang dialaminya. Dunia, dalam pandangan Husserl, bukanlah sesuatu yang terlepas dari kesadaran manusia, tetapi adalah sesuatu yang hadir melalui pengalaman kesadaran.

Husserl memperkenalkan konsep "intensionalitas" untuk menggambarkan sifat dasar kesadaran manusia. Intensionalitas merujuk pada fakta bahwa kesadaran manusia selalu "menuju kepada" sesuatu, atau dengan kata lain, selalu memiliki objek. Dengan intensionalitas, Husserl menunjukkan bahwa kesadaran tidak bisa dipisahkan dari objek yang disadari, karena setiap pengalaman manusia selalu memiliki referensi atau tujuan tertentu. Misalnya, ketika seseorang melihat pohon, kesadarannya tidak terlepas dari objek pohon itu sendiri.

Intensionalitas ini menjadi dasar bagi pemahaman fenomenologi tentang hubungan antara subjek dan objek. Dengan demikian, kesadaran bukanlah sesuatu yang pasif, melainkan aktif dalam membentuk realitas yang dialaminya. Menurut Husserl, fenomenologi bertujuan untuk memahami bagaimana kesadaran tersebut berfungsi dalam menghasilkan pengalaman yang bermakna.

Pengaruh Fenomenologi dalam Filsafat dan Ilmu Sosial

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun