Mohon tunggu...
dimas muhammad erlangga
dimas muhammad erlangga Mohon Tunggu... Mahasiswa - Aktivis GmnI

Baca Buku Dan Jalan Jalan Live In

Selanjutnya

Tutup

Hobby

Senangnya Menemukan Kembali Surat Suara Pemilu 1997, Sebuah Kilas Balik Demokrasi di Indonesia

9 November 2024   04:00 Diperbarui: 9 November 2024   04:31 123
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pemilu 1997 merupakan salah satu peristiwa politik paling ikonik dalam sejarah Indonesia. Pemilu ini diadakan di bawah rezim Orde Baru yang dipimpin oleh Presiden Soeharto, dan menjadi Pemilu terakhir sebelum terjadinya reformasi pada tahun 1998. 

Di tengah atmosfer politik yang penuh kontrol dan pengawasan ketat, surat suara yang digunakan dalam Pemilu 1997 menjadi saksi bisu perjalanan bangsa menuju era demokrasi yang lebih terbuka. Baru-baru ini, ditemukan kembali surat suara dari Pemilu 1997. Penemuan ini membawa perasaan nostalgia dan membuka kembali ingatan pada masa-masa tersebut. Lalu, apa yang membuat penemuan kembali surat suara ini begitu berarti?

Surat Suara Sebagai Saksi Bisu Sejarah

Di Indonesia, surat suara adalah lebih dari sekadar sarana memilih wakil rakyat. Mereka adalah artefak sejarah yang mengandung nilai simbolis, terutama dalam konteks politik di masa lalu. Penemuan surat suara dari Pemilu 1997 ini membawa kita kembali pada masa di mana hak politik masyarakat terbatas. 

Pada saat itu, Indonesia hanya memiliki tiga partai politik, yakni Partai Golkar, Partai Persatuan Pembangunan (PPP), dan Partai Demokrasi Indonesia (PDI). Ketiga partai ini menjadi satu-satunya pilihan rakyat dalam memilih wakil mereka di parlemen. Sistem Pemilu yang sentralistis di bawah kendali pemerintah membuat proses politik pada masa itu jauh dari prinsip demokrasi yang sejati.

Surat suara yang ditemukan kembali ini adalah saksi bisu dari keterbatasan pilihan rakyat pada masa Orde Baru. Setiap surat suara mengingatkan kita pada bagaimana dominasi Golkar hampir tak tertandingi, sementara PPP dan PDI berjuang di tengah tekanan politik yang luar biasa. Surat suara ini tidak hanya menjadi bukti dari pilihan politik rakyat pada masa itu, tetapi juga sebagai pengingat akan perjuangan untuk meraih kebebasan dan keterbukaan.

Memaknai Kembali Sistem Pemilu di Masa Orde Baru

Dalam Pemilu 1997, tidak ada ruang yang cukup untuk perbedaan suara atau aspirasi dari rakyat. Semua harus sesuai dengan arah kebijakan pemerintah. Bahkan, pengawasan yang ketat dan sistematis terhadap setiap tahapan Pemilu menunjukkan bagaimana upaya kontrol politik pemerintah saat itu. Surat suara menjadi alat yang "dikendalikan" untuk memastikan kemenangan Golkar sebagai partai pemerintah. Di sini, surat suara Pemilu 1997 memiliki makna mendalam sebagai cermin dari keterbatasan demokrasi dan keberpihakan sistem politik kepada satu pihak saja.

Di sisi lain, surat suara ini juga membawa kita pada pemahaman bahwa Pemilu, dalam segala keterbatasannya, tetap menjadi salah satu bentuk partisipasi rakyat, meski dengan pilihan yang terkekang. Melihat surat suara dari Pemilu 1997 mengingatkan kita pada semangat rakyat yang tetap berusaha memilih di tengah keterbatasan. Ada sisi humanis yang tergambar dari surat suara ini: betapa rakyat tetap berharap pada masa depan yang lebih baik meski pilihan mereka terbatas.

Nostalgia dan Rasa Bangga akan Perubahan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun