Pilkada Kota Bandung 2024 merupakan momentum penting dalam politik lokal, yang akan menentukan arah kebijakan dan pembangunan kota ini dalam beberapa tahun mendatang. Terkait dengan prinsip-prinsip Amanat Penderitaan Rakyat (Ampera) yang dicetuskan oleh Presiden Soekarno, pilkada ini bukan hanya sekadar memilih wali kota, tetapi juga menilai apakah calon pemimpin benar-benar membawa semangat memperjuangkan kesejahteraan rakyat dan keadilan sosial. Ampera mengedepankan perjuangan demi rakyat, pengentasan kemiskinan, serta pengawasan terhadap oligarki, sehingga prinsip ini sangat relevan dalam memastikan bahwa kepentingan rakyat kecil di Bandung diperhatikan dalam setiap kebijakan yang dicanangkan.
Profil dan Visi-Misi Kandidat Pilkada Kota Bandung 2024
Pemilihan wali kota Bandung tahun ini diikuti oleh empat pasangan calon dengan visi, misi, serta latar belakang yang beragam. Pasangan calon nomor urut satu, Haru Suandharu dan Ridwan Dhani Wirianata, diusung oleh Partai Keadilan Sejahtera (PKS) dan Partai Gerindra. Mereka mengusung visi "Bandung Kota Kreatif Dunia yang Maju, Agamis, Sejahtera, dan Berkelanjutan Menuju Indonesia Emas 2045." Pasangan ini berkomitmen untuk membangun masyarakat beragama dan berbudaya yang menghargai lingkungan hidup, dengan misi yang berfokus pada pengembangan sumber daya manusia yang inovatif, peningkatan ekonomi inklusif, serta pembangunan infrastruktur yang harmonis.
Pasangan kedua, Arfi Rafnialdi dan Yena Iskandar Ma'soem, didukung oleh Partai Golkar, PSI, Partai Ummat, PAN, dan Partai Hanura. Sementara pasangan calon lainnya juga memiliki visi yang menarik, seperti Muhammad Farhan dan Erwin yang diusung oleh Nasdem dan PKB, serta pasangan Dandan Riza Wardana dan Arif Wijaya dari PDIP dan Demokrat. Semua pasangan ini memiliki pendekatan yang berbeda dalam menangani isu-isu perkotaan, seperti penataan ruang kota, kemacetan, dan peningkatan kualitas pelayanan publik, yang semuanya berorientasi pada perbaikan kesejahteraan warga Bandung.
Tantangan Perkotaan yang Dihadapi Kota Bandung
Bandung sebagai kota metropolitan memiliki beberapa tantangan besar, terutama dalam hal ketimpangan ekonomi dan kemacetan. Data terbaru menunjukkan bahwa kesenjangan ekonomi di Bandung masih tinggi, dengan sebagian besar warga sulit mendapatkan pekerjaan yang layak meskipun industri kreatif di kota ini berkembang pesat. Selain itu, kemacetan lalu lintas menjadi masalah serius yang mempengaruhi mobilitas dan produktivitas warga. Tantangan ini membutuhkan solusi nyata dari pemimpin yang memahami kondisi lapangan dan berkomitmen untuk meningkatkan kesejahteraan seluruh lapisan masyarakat.
Pasangan calon yang terpilih nanti harus mampu menjawab tantangan ini dengan kebijakan yang tidak hanya berorientasi pada pertumbuhan ekonomi, tetapi juga memberdayakan rakyat kecil dan mengurangi ketimpangan sosial. Misalnya, dengan mengembangkan program pemberdayaan ekonomi lokal yang berfokus pada UMKM serta menciptakan lapangan kerja baru di sektor kreatif dan digital. Kebijakan ini sangat sejalan dengan semangat Ampera yang mendukung kemandirian ekonomi serta penurunan tingkat pengangguran.
Selain itu, masalah infrastruktur dan layanan publik, seperti air bersih, kesehatan, dan pendidikan, juga harus menjadi prioritas utama bagi pasangan calon. Sebagai kota dengan populasi besar, Bandung membutuhkan sistem layanan publik yang efisien dan mudah diakses oleh seluruh warga. Infrastruktur transportasi juga harus dibenahi, termasuk dengan mempertimbangkan opsi transportasi ramah lingkungan untuk mengurangi emisi karbon yang menjadi salah satu penyebab polusi udara di kota ini.
Relevansi Nilai Ampera dalam Pilkada Kota Bandung