Mohon tunggu...
dimas muhammad erlangga
dimas muhammad erlangga Mohon Tunggu... Mahasiswa - Aktivis GmnI

Baca Buku Dan Jalan Jalan Live In

Selanjutnya

Tutup

Politik

Marhaenisme dan Intelektual Humanis Sekuler Pro-Israel di Indonesia, Paradoks Ideologis dan Keseimbangan Nilai

4 Oktober 2024   04:45 Diperbarui: 4 Oktober 2024   04:45 50
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://umsida.ac.id

Marhaenisme, sebuah ideologi yang digagas oleh Bung Karno, meresap dalam jiwa banyak aktivis Indonesia dengan pesan utama memihak kepada kaum tertindas, mandiri secara ekonomi, dan anti-imperialisme. Dalam konteks ini, Marhaenisme selalu berfokus pada perjuangan melawan penindasan dalam bentuk apa pun---baik dari kapitalisme global, kolonialisme, maupun imperialisme. 

Namun, di tengah maraknya dinamika politik global, muncul kelompok intelektual humanis-sekuler di Indonesia yang secara terbuka mendukung Israel, sebuah negara yang sering dipandang sebagai aktor imperialistik oleh penganut Marhaenisme. Fenomena ini memunculkan paradoks ideologis yang cukup signifikan di kalangan aktivis dan akademisi Marhaenis.

Marhaenisme dan Solidaritas Palestina

Sebagai sebuah ideologi, Marhaenisme memiliki hubungan historis dengan perjuangan pembebasan nasional di seluruh dunia. Soekarno sendiri secara tegas menyatakan dukungannya terhadap bangsa Palestina yang tertindas, sebuah sikap yang dipertahankan hingga saat ini oleh mayoritas pengikut Marhaenisme di Indonesia. 

Dalam sejarah diplomasi Indonesia, negara ini dikenal sebagai salah satu pendukung utama Palestina di forum internasional seperti PBB dan Organisasi Konferensi Islam (OKI). Sikap ini mencerminkan prinsip dasar Marhaenisme yang menentang segala bentuk kolonialisme dan imperialisme.

Dalam kaitannya dengan Palestina dan Israel, Marhaenis secara tradisional memandang Israel sebagai simbol dari kolonialisme modern di Timur Tengah. Israel, yang didirikan pada tahun 1948, telah lama dituduh melanggar hak-hak asasi manusia rakyat Palestina, menciptakan situasi yang sangat tidak seimbang di wilayah tersebut. Marhaenisme, dengan fokus pada solidaritas dengan rakyat tertindas, secara otomatis menolak segala bentuk dukungan terhadap Israel, yang dianggap sebagai pelanggar HAM.

Intelektual Humanis-Sekuler Pro-Israel: Paradoks Pemikiran?

Di sisi lain, munculnya kelompok intelektual humanis-sekuler pro-Israel di Indonesia menimbulkan perdebatan baru. Kelompok ini, sering kali berafiliasi dengan universitas-universitas terkemuka dan komunitas akademisi, berargumen bahwa pendekatan humanis-sekuler mereka terhadap konflik Israel-Palestina lebih obyektif dan universal. Mereka menekankan pentingnya melihat konflik ini tidak hanya dari sudut pandang nasionalisme Palestina, tetapi juga dari perspektif hak asasi manusia universal.

Kelompok ini sering mengajukan argumen bahwa Israel, sebagai negara berdaulat, juga memiliki hak untuk mempertahankan diri dan rakyatnya dari ancaman eksternal, terutama dari kelompok-kelompok militan seperti Hamas. Dalam pandangan ini, konflik Israel-Palestina harus dilihat lebih kompleks daripada sekadar narasi imperialisme vs perlawanan. Intelektual humanis-sekuler pro-Israel juga kerap mengkritik kebijakan-kebijakan otoriter di negara-negara Arab, yang mereka nilai tidak demokratis dan melanggar hak-hak warganya sendiri.

Titik Temu dan Perbedaan: Pemaknaan Anti-Imperialisme

Perbedaan mendasar antara Marhaenisme dan kelompok intelektual pro-Israel di Indonesia terletak pada pemaknaan anti-imperialisme. Bagi Marhaenis, anti-imperialisme berarti menentang segala bentuk kekuasaan yang didasarkan pada penjajahan dan eksploitasi. Israel, dalam konteks ini, dianggap sebagai negara yang mewakili kolonialisme modern. Fakta-fakta sejarah menunjukkan adanya pengusiran besar-besaran warga Palestina dari tanah mereka sejak 1948, pembangunan permukiman ilegal di Tepi Barat, dan blokade Gaza yang menimbulkan krisis kemanusiaan yang berlarut-larut.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun