3. Upaya Menciptakan Rasionalitas dalam Konteks Indonesia
Pada masa Tan Malaka menulis Madilog, Indonesia masih sangat dipengaruhi oleh kepercayaan tradisional yang cenderung mistis. Dalam hal ini, Madilog menjadi semacam manifesto untuk menggantikan pola pikir mistis dengan rasionalitas. Tan Malaka mencoba memfasilitasi transisi menuju cara berpikir yang lebih modern dan ilmiah, suatu hal yang sangat penting dalam mempersiapkan bangsa untuk menghadapi tantangan di dunia modern.
Dengan membangun fondasi rasionalitas ini, Tan Malaka juga bermaksud membangun kesadaran kelas di kalangan rakyat Indonesia, terutama di kalangan kaum marhaen. Melalui kesadaran ini, ia berharap rakyat akan bangkit dan berjuang untuk pembebasan dari penjajahan.
Kekurangan Madilog
1. Pendekatan Terlalu Rasional dan Reduksionis
Meskipun Madilog berhasil mempromosikan rasionalitas dan ilmu pengetahuan, salah satu kritik terhadap buku ini adalah pendekatan Tan Malaka yang terkadang terlalu rasionalis dan reduksionis. Dalam usahanya untuk menghapus mistisisme, Madilog sering kali mengabaikan nilai-nilai spiritual dan budaya lokal yang tetap penting dalam kehidupan masyarakat Indonesia. Penekanan berlebihan pada materialisme bisa dianggap sebagai pengabaian terhadap dimensi spiritual yang menjadi salah satu elemen penting dalam identitas masyarakat Indonesia.
Dalam konteks masyarakat yang masih memegang teguh nilai-nilai tradisional, pendekatan yang terlalu rasionalis ini bisa mengalienasi sebagian besar rakyat. Dalam hal ini, Tan Malaka kurang memberikan ruang untuk kompromi antara rasionalitas dan nilai-nilai budaya lokal.
2. Kurangnya Aplikasi Praktis di Indonesia
Walaupun Madilog merupakan karya teoritis yang luar biasa, tantangan utamanya adalah kurangnya aplikasi praktis dalam konteks Indonesia. Konsep-konsep materialisme dialektika yang diusung Tan Malaka memang relevan dalam teori, tetapi sulit diterapkan secara langsung di Indonesia yang saat itu masih dalam tahap awal pembentukan identitas nasional.
Selain itu, pendekatan ini lebih terfokus pada perubahan struktural yang masif, sementara solusi praktis untuk permasalahan sehari-hari masyarakat belum banyak diulas dalam Madilog. Hal ini membuat buku ini lebih sulit dipahami dan diterapkan oleh kalangan akar rumput, yang pada saat itu memerlukan solusi yang lebih konkret dan langsung.
3. Tidak Mampu Mengakomodasi Kompleksitas Sosial Indonesia