Mohon tunggu...
dimas muhammad erlangga
dimas muhammad erlangga Mohon Tunggu... Mahasiswa - Aktivis GmnI

Baca Buku Dan Jalan Jalan Live In

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop

Sarinah Masa Kini Melawan Neoliberalisme: Sebuah Refleksi Perjuangan Emansipasi dan Ekonomi Keadilan

29 September 2024   09:24 Diperbarui: 29 September 2024   09:30 32
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sarinah, nama yang melekat erat dengan perjuangan perempuan Indonesia dan keadilan sosial, bukan hanya merupakan simbol sejarah, tetapi juga cerminan nilai-nilai progresif yang terus relevan dalam menghadapi tantangan zaman. Dalam masa kini, di mana neoliberalisme telah mendominasi berbagai aspek kehidupan ekonomi dan sosial, spirit Sarinah perlu dihidupkan kembali. Sarinah masa kini bukan sekadar figur sejarah, melainkan semangat yang melawan eksploitasi dan ketidakadilan yang ditimbulkan oleh sistem ekonomi neoliberal.

Neoliberalisme: Musuh Emansipasi Sosial

Neoliberalisme, sebuah ideologi ekonomi yang mengedepankan pasar bebas, privatisasi, dan deregulasi, telah membawa dampak besar bagi dunia, termasuk Indonesia. Dalam neoliberalisme, keuntungan sering kali ditempatkan di atas kesejahteraan masyarakat, termasuk hak-hak dasar kaum perempuan. Sarinah, yang dalam pemikiran Bung Karno dijadikan simbol perjuangan perempuan pekerja dan rakyat kecil, merupakan sosok yang harus berhadapan dengan efek destruktif dari neoliberalisme.

Dalam konteks ini, Sarinah masa kini dapat diartikan sebagai perlawanan terhadap ketidakadilan yang diakibatkan oleh neoliberalisme. Salah satu dampak nyata dari neoliberalisme adalah tergerusnya peran negara dalam melindungi rakyat kecil, khususnya perempuan, dari eksploitasi. Privatisasi sektor-sektor publik seperti kesehatan, pendidikan, dan bahkan air bersih, telah menciptakan ketimpangan yang semakin tajam. Hal ini berbanding terbalik dengan visi Sarinah yang memperjuangkan kesetaraan, kemandirian, dan hak-hak sosial bagi semua.

Perempuan sebagai Korban Utama Neoliberalisme

Perempuan, terutama mereka yang berasal dari kalangan marjinal, sering kali menjadi korban pertama dari kebijakan neoliberal. Deregulasi pasar tenaga kerja, misalnya, menyebabkan banyak perempuan terjebak dalam pekerjaan yang tidak layak dengan upah rendah dan tanpa jaminan sosial. Dalam sektor informal, yang mayoritas pekerjanya adalah perempuan, dampak neoliberalisme sangat terasa. Mereka sering kali dipaksa bekerja dalam kondisi yang eksploitatif tanpa perlindungan hukum yang memadai.

Dalam hal ini, perjuangan Sarinah masa kini harus diarahkan pada penguatan perlindungan hak-hak pekerja perempuan, terutama di sektor-sektor yang paling rentan. Selain itu, perlu ada upaya untuk memperjuangkan kebijakan publik yang tidak hanya berorientasi pada pertumbuhan ekonomi semata, tetapi juga kesejahteraan sosial dan ekonomi yang adil bagi seluruh rakyat.

Sarinah dan Ekonomi Kerakyatan: Alternatif atas Neoliberalisme

Pemikiran Bung Karno tentang Sarinah erat kaitannya dengan gagasan ekonomi kerakyatan, sebuah sistem yang menempatkan kesejahteraan rakyat di atas keuntungan segelintir elit. Ekonomi kerakyatan menawarkan alternatif yang nyata atas neoliberalisme. Dalam ekonomi kerakyatan, negara memiliki peran sentral dalam mengatur dan mengawasi jalannya ekonomi demi kepentingan rakyat banyak. Sumber daya alam dan sektor-sektor strategis dikelola oleh negara untuk kemakmuran bersama, bukan untuk keuntungan korporasi multinasional.

Sarinah masa kini harus terlibat aktif dalam perjuangan untuk menerapkan ekonomi kerakyatan sebagai jalan keluar dari dominasi neoliberalisme. Ini bukan hanya tentang melindungi perempuan dari eksploitasi, tetapi juga tentang menciptakan tatanan ekonomi yang lebih adil dan merata. Salah satu langkah yang dapat diambil adalah mendorong kebijakan-kebijakan yang pro-rakyat, seperti subsidi untuk pendidikan, kesehatan, dan perlindungan sosial, yang mengutamakan kepentingan masyarakat luas daripada korporasi besar.

Gerakan Sarinah di Era Modern: Kolektivisme Melawan Individualisme

Neoliberalisme tidak hanya mengubah struktur ekonomi, tetapi juga mempromosikan nilai-nilai individualisme yang bertentangan dengan semangat gotong royong dan kolektivisme. Dalam masyarakat neoliberal, individu dipandang sebagai agen ekonomi yang harus bersaing secara bebas di pasar, tanpa ada tanggung jawab kolektif untuk kesejahteraan bersama. Padahal, semangat Sarinah adalah tentang gotong royong dan solidaritas sosial, di mana kebersamaan dan kepedulian terhadap sesama menjadi nilai utama.

Untuk melawan neoliberalisme, gerakan Sarinah masa kini harus memperkuat kembali nilai-nilai kolektivisme tersebut. Ini bisa dilakukan melalui penguatan organisasi-organisasi perempuan, serikat pekerja, dan komunitas-komunitas rakyat yang memperjuangkan keadilan sosial dan ekonomi. Di era digital ini, platform-platform online juga bisa dimanfaatkan untuk menggalang solidaritas dan advokasi kebijakan yang pro-rakyat dan anti-neoliberal.

Pendidikan dan Kesadaran Kritis: Senjata Melawan Neoliberalisme

Sarinah masa kini juga harus berperan dalam meningkatkan kesadaran kritis masyarakat terhadap bahaya neoliberalisme. Pendidikan adalah salah satu senjata utama dalam perjuangan ini. Pendidikan yang berbasis pada nilai-nilai emansipasi, kesetaraan, dan keadilan sosial perlu diperkuat agar generasi mendatang tidak terjebak dalam narasi neoliberal yang mengagungkan pasar bebas dan individualisme.

Dalam hal ini, perempuan, yang sering kali ditempatkan di posisi subordinat dalam masyarakat, harus mendapatkan akses yang setara terhadap pendidikan. Pendidikan yang memerdekakan bukan hanya memberikan keterampilan ekonomi, tetapi juga pemahaman kritis tentang struktur kekuasaan yang ada, serta kemampuan untuk menantang ketidakadilan dan eksploitasi.

Penutup: Menghidupkan Kembali Spirit Sarinah

Sarinah masa kini harus lebih dari sekadar simbol sejarah. Ia harus menjadi inspirasi bagi gerakan sosial yang melawan neoliberalisme dan memperjuangkan ekonomi yang adil bagi semua. Perjuangan Sarinah bukan hanya tentang emansipasi perempuan, tetapi juga tentang menciptakan tatanan ekonomi dan sosial yang lebih manusiawi dan berkeadilan. Dengan semangat gotong royong, pendidikan kritis, dan penguatan ekonomi kerakyatan, Sarinah masa kini bisa menjadi garda terdepan dalam melawan neoliberalisme di Indonesia.

Dengan begitu, Sarinah tidak hanya hidup dalam sejarah, tetapi juga dalam setiap langkah nyata perjuangan melawan ketidakadilan yang ada di hadapan kita. Spiritnya akan terus membara selama ada ketimpangan dan eksploitasi yang harus dilawan. Sarinah adalah simbol dari perlawanan yang tak pernah padam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun