Mohon tunggu...
dimas muhammad erlangga
dimas muhammad erlangga Mohon Tunggu... Mahasiswa - Aktivis GmnI

Baca Buku Dan Jalan Jalan Live In

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Abraham Geiger: Kritik Historisitas Al Quran

25 September 2024   05:50 Diperbarui: 25 September 2024   07:42 287
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://libraryoflostbooks.com/reading-room/abraham-geiger/

Kritik Orientalistis dan Relevansi Saat Ini

Kritik Geiger terhadap historisitas Al-Qur'an adalah bagian dari tradisi orientalis yang lebih luas, di mana para cendekiawan Barat pada abad ke-19 dan awal abad ke-20 menganalisis Islam melalui lensa sejarah dan filologi. Para orientalis seperti Geiger sering berusaha untuk "menggali" asal-usul Islam dalam tradisi keagamaan dan budaya yang sudah ada sebelumnya, seringkali dengan tujuan untuk menurunkan keunikan atau keaslian Islam sebagai agama.

Meskipun pendekatan orientalis ini telah menghasilkan banyak karya akademis yang berharga, mereka juga dikritik karena cenderung mereduksi Islam menjadi sekadar produk dari pengaruh eksternal, mengabaikan aspek-aspek penting dari pengalamannya yang unik. Pendekatan seperti Geiger's sering dianggap mengandung bias Euro-sentris, di mana agama-agama Timur dipandang sebagai kurang orisinal dibandingkan dengan agama-agama Barat.

Namun, kritik-kritik ini tetap relevan dalam kajian Islam kontemporer, terutama dalam diskusi tentang hubungan antara Islam dan agama-agama Abrahamik lainnya. Pertanyaan tentang bagaimana kita memahami pengaruh sejarah dan budaya pada perkembangan agama tetap menjadi topik yang penting, baik di kalangan akademis maupun dalam dialog antaragama.

Kesimpulan

Abraham Geiger, melalui kritik historisitasnya terhadap Al-Qur'an, menantang pandangan tradisional Muslim tentang wahyu ilahi dan asal-usul Islam. Dengan menunjukkan kemiripan antara Al-Qur'an dan tradisi Yahudi, ia berusaha untuk menempatkan Islam dalam konteks sejarah yang lebih luas, di mana agama ini dipengaruhi oleh budaya dan agama-agama lain. Meskipun pandangan Geiger ditolak oleh banyak sarjana Muslim, karyanya tetap menjadi bagian penting dari diskursus tentang asal-usul dan perkembangan agama-agama besar dunia. Diskusi ini tidak hanya penting bagi studi agama, tetapi juga untuk dialog lintas agama yang berusaha memahami hubungan antara Yudaisme, Kristen, dan Islam.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun