Emile Durkheim adalah salah satu tokoh paling berpengaruh dalam perkembangan ilmu sosiologi. Lahir pada 15 April 1858 di pinal, Prancis, Durkheim mempelopori pendekatan positivisme dalam sosiologi, suatu pendekatan yang menekankan pentingnya fakta empiris dan objektivitas dalam memahami fenomena sosial. Durkheim tidak hanya mengembangkan teori-teori sosiologis yang mendalam, tetapi juga meletakkan dasar-dasar metodologis yang penting bagi ilmu sosiologi sebagai disiplin akademik yang berdiri sendiri.
### Dasar-Dasar Positivisme dalam Sosiologi
Positivisme adalah pendekatan filosofis yang didasarkan pada gagasan bahwa pengetahuan sejati hanya dapat diperoleh melalui observasi empiris dan metode ilmiah. Emile Durkheim mengadopsi pendekatan ini dalam sosiologi, dengan keyakinan bahwa fenomena sosial dapat dipelajari seperti halnya fenomena alamiah, melalui metode observasi, eksperimen, dan analisis statistik.
Menurut Durkheim, masyarakat bukanlah sekadar kumpulan individu, tetapi entitas yang memiliki realitas tersendiri. Ia memperkenalkan konsep "fakta sosial" (social facts), yang didefinisikan sebagai cara bertindak, berpikir, dan merasa yang berada di luar individu, namun memiliki kekuatan paksaan terhadapnya. Fakta sosial ini, menurut Durkheim, harus dianalisis secara objektif dan ilmiah untuk memahami struktur dan dinamika masyarakat.
### Aturan Metode Sosiologi
Durkheim menulis buku berjudul *"The Rules of Sociological Method"* pada tahun 1895, di mana ia merumuskan prinsip-prinsip dasar dalam penelitian sosiologi. Salah satu kontribusi utamanya adalah gagasan bahwa fakta sosial harus diperlakukan sebagai "benda" (things) yang dapat diamati dan diukur. Durkheim berpendapat bahwa untuk memahami masyarakat, sosiolog harus menjauhkan diri dari prasangka dan subjektivitas pribadi, dan mendekati studi tentang masyarakat dengan cara yang sama seperti ilmuwan alam mempelajari objek fisik.
Metode yang digunakan Durkheim melibatkan pengumpulan data empiris dan analisis statistik. Misalnya, dalam studinya tentang bunuh diri (*Le Suicide*), Durkheim mengumpulkan data dari berbagai negara Eropa untuk mengeksplorasi hubungan antara tingkat bunuh diri dan faktor-faktor sosial seperti agama, status perkawinan, dan tingkat integrasi sosial. Dengan menggunakan pendekatan ilmiah, Durkheim mampu menunjukkan bahwa bunuh diri bukan semata-mata hasil dari keputusan individu, tetapi juga dipengaruhi oleh kondisi sosial.
### Integrasi Sosial dan Solidaritas
Salah satu konsep kunci dalam pemikiran Durkheim adalah integrasi sosial, yaitu sejauh mana individu merasa terhubung dan terintegrasi ke dalam kelompok sosial mereka. Durkheim membedakan antara dua jenis solidaritas sosial: solidaritas mekanik dan solidaritas organik.
1. **Solidaritas Mekanik**: Solidaritas ini terjadi dalam masyarakat yang relatif sederhana dan homogen, di mana individu-individu memiliki kesamaan dalam pekerjaan, nilai-nilai, dan kepercayaan. Masyarakat tradisional, di mana ada sedikit pembagian kerja, cenderung memiliki solidaritas mekanik yang kuat, karena semua anggota masyarakat memiliki peran yang sama dan berbagi norma-norma yang sama.