Mohon tunggu...
Dimas Adetiya Lazuardy
Dimas Adetiya Lazuardy Mohon Tunggu... Guru - Guru SMPN 14 Jakarta

seseorang yang ingin menjadi pribadi yang baik dan masuk surga

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Renjana di Puncak Merapi

5 Oktober 2023   11:12 Diperbarui: 5 Oktober 2023   12:08 166
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puncak Merapi Berlatar Gunung Merbabu

Merapi merupakan salah satu gunung api teraktif di Indonesia dengan ketinggian sekira 2.930 mdpl yang secara administratif meliputi wilayah Provinsi Jawa Tengah (Boyolali, Magelang, dan Klaten), dan Provinsi Yogyakarta (Sleman). Tepat 12 Tahun silam di hari Minggu 23 Oktober 2011 penulis diberi kesempatan oleh Allah SWT Tuhan semesta alam untuk mencapai puncak sang gunung api tersebut. Perjalanan yang tanpa disengaja dan direncanakan untuk pergi menaiki sebuah gunung, di tahun tersebut penulis merupakan mahasiswa Universitas Sebelas Maret dan memiliki sahabat satu tempat kost yang memang hobby mendaki gunung dan sejenisnya. 

Di siang hari kala itu tanpa pikir panjang penulis menerima ajakan teman untuk ikut mendaki Gunung Merapi, sungguh hal yang rasanya pasti sangat menyenangkan dan penuh kebersamaan sejalan dengan hal tersebut menurut Akmal Sutja (2007:54) "Inti kebersamaan adalah kemauan untuk saling membantu, memikul tanggung jawab, kerelaan berkorban, serta kesediaan untuk maju bersama". Tanpa berlama-lama kami pun berangkat dengan peralatan dan perlengkapan seadanya dikarenakan memang pendakian ini dilakukan tanpa adanya kesiapan apapun, hanya bermodalkan satu tenda, peralatan masak, dan sedikit makanan yang kami bawa. 

Namun hal tersebut tidak menghalangi kami untuk tetap mendaki si gunung aktif tersebut, sore hari setelah maghrib kami mulai berjalan dari pos 1 menuju pos-pos berikutnya, Benar kami melakukan pendakian di malam hari agar esok pagi dapat menikmati munculnya matahari dari ufuk timur, tanpa sadar mendaki sambil bercerita akhirnya sekira pukul 03.00 dini hari sampailah di "Pasar Bubrah". Menurut warga dan pendaki pasar bubrah merupakan pusatnya para makhluk gaib saling bertransaksi jual-beli, layaknya pasar manusia pada umumnya.

Tak jarang, ada pendaki yang bisa melihat atau bahkan mendengar keriuhan saat pasar bubrah mulai beraktivitas. Pasar bubrah memiliki kontur tanah yang datar dan juga luas sehingga saat siang hari lokasi ini cenderung menjadi tempat favorit para pendaki untuk melepas lelah setelah mendaki, tak terkecuali kami yang juga beristirahat dan membuat tenda untuk sekedar berbaring di lokasi tersebut. Pagi pun tiba, sembari menikmati secangkir kopi dan sepiring mie instant matahari pun muncul dari ufuk timur dan dapat kami lihat serta rasakan hingga kami dibuat takjub olehnya. Tak lupa penulis menyempatkan diri untuk mengabadikan moment tersebut berfoto dengan berlatar gunung Merbabu.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun