Mohon tunggu...
Dimas Kurniawan Prasetya
Dimas Kurniawan Prasetya Mohon Tunggu... Mahasiswa - Fkominfo UNIGA

Berusaha untuk menjadi orang yang beruntung - Berbahagialah Manusia

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Siapakah Sandaran Hati Kita Selama Ini?

2 Juli 2023   23:39 Diperbarui: 2 Juli 2023   23:40 204
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Bagaimana rasanya menginjakkan kaki di bumi selama dua pluh dua tahun pengulangan? Berapa banyak kecewa, luka, bahagia, sakit, jatuh dan semua emosi yang cukup menguras pikiran dan tenaga? Masih sanggupkah? Masih inginkah jadi insan dunia yang berdiri mencoba kokoh dari banyaknya terpaan badai semesta?

Kiranya aku mau bertahan disini lebih lama. Bertahan untuk menapaki jalan terjal kehidupan untuk tahun berikutnya hingga seterusnya. Katanya, aku sudah ditahap dewasa karena itu hidup sedang gencar-gencarnya mempermainkan sabar yang kupunya. Aku tidak bisa menyerah pada hal menyebalkan yang mampu mengoyak fokusku untuk mencari bahagia. Selamat mendekat dengan Yang Maha Kuasa. Semoga harapan yang masih angan-angan tergapai dengan segala ridho dari-Nya.

Dari sudut pandang kaum muda, hidup adalah masa depan yang sangat panjang. Dari sudut pandang usia tua, masa lalu yang sangat singkat.

"Aku ingin cepat-cepat jadi dewasa, bekerja sampai sukses, punya banyak uang, mobil mewah, dan rumah yang besar!" Ucap seorang anak ketika ditanya bila sudah besar ingin jadi apa.

"Aku ingin kembali ke masa lalu, dimana imajinasiku bergelimang, dan keseharianku hanya diisi dengan kebahagiaan" Jawab anak itu ketika kini sudah remaja dan menyadari bahwa hidup ini tidak semudah yang dia kira.

Teringat pada sebuah lagu dengan judul "Sandaran Hati" yang dinyanyikan Letto, lagu ini menciptakan atmosfer introspektif dan menggiring pendengar untuk membangkitkan makna kehidupan dan perjalanan emosional mereka sendiri. Meskipun lagu ini bernuansa melankolis. Namun, juga membawa pesan untuk tidak menyerah dan terus mencari arti dan kebahagiaan dalam hidup. Sebenarnya lagu Letto "Sandaran Hati" ini lagu religi. Banyak yang tertipu dengan metafora dan video klipnya.


Bukankah engkau pernah berjanji sama Alloh SWT? [QS.Al-Araf:172] Bukankah engaku pernah berjanji sama Alloh dengan dua kalimat syahadat? Tapi, mengapa sekarang Tuhanmu bukan Alloh? Kenapa sekarang Tuhanmu adalah orang tuamu, saudara-saudaramu, kerjaan bisnismu? Bukan lagi Alloh [QS. At-Taubah:24] Bukankah engkau terikat dengan perjanjian dengan Alloh yang lima waktu? Hidup dan matimu untuk Alloh? [QS. Al-An'am:162]

Siapakah sandaran hati kita selama ini? "Ketika kau terus mencari tetapi tak kunjung ketemu. Kalau kau telah lelah berusaha namun berhasil nihil. jika kau senantiasa berdoa dan merasa tak pernah dikabulkan. Kau pun sudah tabah menahan derita berkepanjangan. Pasrahlah. seperti pasrahnya dawai yang dipetik, seperti seruling yang ditiup, seperti biola yang digesek, seperti drum yang digebuk. Lalu dengarlah betapa indah melodi yang Dia mainkan."

Mungkin doa kita hari ini harus diganti, bukan lagi meminta bahagia setiap waktunya. Tapi diberi hati yang cukup luas untuk menerima segala sesuatu dari-Nya.

Berbahagialah Manusia

2 Juli 2023

Prasetya

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun