Sumber : www.kuntum.id
Di antara sulitnya mencari tempat bercerita  tentang keluh  kesah dan masalah yang dihadapi. Dimas Chairullah (20) mencetuskan akun Instagram asuhannya @curhatinaja.id sebagai tempat sambat bagi masyarakat.
Mendirikan platform pribadi untuk kepentingan umum merupakan pencapaian yang cukup Dimas banggakan. Melalui akun instagram asuhannya, @curhatinaja.i, Dimas mengajak orang-orang di sekitarnya untuk berkeluh-kesah sehingga tak ada hal-hal yang mengganjal dan menyebabkan kesehatan mental tidak baik
"Akun tersebut awalnya didesain untuk menjadi tempat keluh kesah teman-teman saya yang ada di luar sana. Saya paham jika cerita keluh kesah yang dituturkan kepada orang lain dan tidak didengar itu cukup menyakitkan. Nah, sebagai makhluk sosial, platform curhat ini berfungsi untuk memahami diri sendiri dan merasakan hal yang sama,"tutur pemuda yang kerap disapa Dimas.
Selain mengasuh akun curhat @curhatinaja.i, Dimas juga mengaku sedang mengurus P31 (Padi Peduli Pendidikan Indonesia), sebuah organisasi yang berfokus di bidang pendidikan bersama 30 kawannya yang berasal dari Sumatera Barat. Dimas dan kawan-kawannya itu merasa prihatin dengan keadaan pendidikan masyarakat di daerah Semarang, tepatnya di daerah Kota Lama yang terkendala perekonomian.
"Melihat itu, memberikan pendidikan yang layak merupakan kepedulian dan tanggung jawab kami sebagai bentuk pengabdian mahasiswa kepada masyarakat," terang Dimas.
Dimas menjelaskan bahwa P31 memiliki beberapa kegiatan utama, seperti mengadakan kegiatan pengajaran dan berbagi kepada masyarakat.
"Selain mengabdikan diri di bidang pendidikan bagi masyarakat Semarang, P31 juga telah mengabdi di daerah Rembang" ungkap Dimas.
DIDIKAN ORANG TUA YANG KERAS
Keinginannya untuk terus berbagi itu tumbuh karena Dimas tumbuh dan besar di daerah pedesaan Sumatera dan didikan orang tuanya yang cukup keras kepadanya, tetapi cukup membebaskannya terkait mimpi masa depan.
"Meskipun dulu sewaktu masih sekolah saya dilarang keluyuran sepulang sekolah, orang tua saya bukanlah tipe yang mengharuskan saya berprestasi di sekolah. Justru, saya diminta ayah dan ibu untuk mengikuti passion dan lebih mementingkan kebahagiaan saya" jelas Dimas.
Apa yang ditanamkan orang tuanya
membuat Dimas menyeriusi apa yang disukainya. Semasa sekolahnya, Dimas mengikuti semua organisasi, seperti OSIS dan Pramuka. Namun, ketika Dimas duduk di bangku kuliah di jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam (KPI) UIN Walisongo Semarang, pria kelahiran 23 April 2002 mengalami culture shock.
"Saya cukup kaget dengan kebiasaan di UIN Walisongo karena sebelumnya kan saya sekolahnya selalu di sekolah negeri. Ketika menjadi mahasiswa baru, saya sempat curhat kepada dosen dan beliau menanggapi keresahan itu bahwa saya beruntung memiliki jalan seperti itu. 'Belajar ilmu umum tanpa ilmu agama adalah kehampaan' begitu kata dosen saya," ujar Dimas.
SEMUA ITU HARUS DIJALANI DENGAN BAHAGIA
Meskipun sempat mengalami kekagetan di awal kuliah, lambat laun pemuda asal Sumatera Barat itu mampu beradaptasi. Bahkan, sampai saat ini dirinya sudah banyak mengukir prestasi, seperti mengasuh akun curhat @curhatinaja.id, P31, Duta Lingkungan UIN Walisongo, dan Student
Ambassador LEADS Indonesia. Tak hanya itu saja, Dimas yang punya kegemaran menulis sejak kecil ini juga telah menerbitkan beberapa buku, yakni Genggam Tanganku Tuk Yang Terakhir, Kenapa Harus Aku, Genre Hebat, dan Hilang tapi Ada.
Di antara padatnya kegiatan kuliah, Dimas mengaku adakalanya ia merasa lelah. Jika sudah seperti itu, dia bercerita kepada ibundanya.
"Ketika saya bilang jika saya lelah, ibu saya justru menyuruh saya pulang kampung dan nggak perlu melanjutkan kuliah," cerita Dimas.
Dinasehati seperti itu, Dimas terkejut dan tak menyangka ibunya akan berkata demikian. Dia pun menanyakan alasan sang ibu mengatakan hal itu.
Ibu saya menyampaikan bahwa saya harus mengerjakan sesuatu dengan ikhlas dan bahagia, sebab semua yang saya kerjakan itu pilihan saya dan jika saya terpaksa tentu itu akan membebani diri saya sendiri. Dari situ, saya selalu mengingat selalu pesan ibu saya sehingga saya mengerjakan semua
ini dengan rasa ikhlas dan bahagia," pungkas Dimas.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H