Mohon tunggu...
Dimas Khrisna Wicaksana
Dimas Khrisna Wicaksana Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Pelajar

-

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Keberagaman, Jembatan yang Menghubungan Kita dari Jurang Tak Berdasar

21 November 2024   23:43 Diperbarui: 22 November 2024   03:22 27
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokumentasi Ekskursi Kolese Kanisius 2024

Keberagaman merupakan ciri khas yang paling menggambarkan dinamika kehidupan di Indonesia. Dari Sabang sampai Merauke, kita disuguhkan dengan berbagai macam keberagaman, mulai dari suku, agama, hingga ras. Meskipun begitu, seluruh rakyat Indonesia tetap dapat hidup dengan harmonis tanpa memandang adanya perbedaan di antara mereka. Hal ini dapat terjadi karena adanya nilai toleransi yang dihidupi dalam diri mereka masing-masing. 

Toleransi merupakan sikap saling menghormati, menghargai, dan menerima segala perbedaan yang ada. Sementara itu, sikap intoleransi merupakan sikap seseorang yang tidak mau menerima adanya perbedaan. Sikap intoleransi biasanya muncul ketika seseorang hanya menilai suatu hal dari satu sisi saja, tanpa melihat keseluruhannya. Mereka tidak memiliki pengetahuan dan pemahaman yang matang mengenai indahnya keberagaman.

"Semakin tinggi ilmu seseorang, maka semakin besar rasa toleransinya." -Gus Dur

Untuk mengurangi dan mengatasi munculnya sikap intoleransi di Indonesia, Kolese Kanisius ikut berperan aktif dengan cara mengadakan kegiatan ekskursi lintas agama. Pada kegiatan ini, para Kanisian (siswa Kolese Kanisius) diberikan kesempatan untuk dapat memperluas wawasan mereka mengenai keberagaman dengan cara tinggal di pesantren. Melalui kegiatan ini, para Kanisian dapat memperluas pemahaman mereka dalam pentingnya keberagaman melalui pengalaman secara langsung.

Pada pagi itu, para Kanisian berkumpul di Kolese Kanisius dengan mengenakan pakaian biru tua khasnya. Mereka membawa segala barang bawaan mereka dan menyimpannya di dalam bus. Sebelum memulai perjalanan, salah seorang dari mereka memimpin doa untuk meminta penyertaan kepada Tuhan. 

Sekitar pukul 07.30, mereka berangkat dari Kolese Kanisius menuju Pondok Pesantren Darul Falah, Cihampelas. Perjalanan yang cukup panjang menguras energi para Kanisian. Akan tetapi, segala kelelahan itu berhasil terbayarkan sesampainya mereka di sana.

Kira-kira pukul 12.30, para Kanisian sampai di Pondok Pesantren Darul Falah. Mereka mengantre untuk keluar dari bus dan mengambil segala barang bawaan mereka di bagasi. Beberapa detik setelah mereka memasuki wilayah pondok pesantren, seluruh jalan dipenuhi oleh ratusan santri yang sudah tidak sabar ingin menyambut mereka.

 Seluruh santri yang melihat mereka segera menyambut dan menyapa mereka dengan senyuman hangat. Para santri berbondong-bondong mengantarkan mereka hingga ke aula, tempat mereka melaksanakan pembukaan kegiatan ekskursi di Pondok Pesantren Darul Falah. 

Selama tinggal di pondok pesantren, para Kanisian harus dapat beradaptasi dengan kebiasaan dan lingkungan yang baru. Seluruh kegiatan yang dilakukan dalam pondok pesantren dilakukan dengan penuh kedisiplinan. Dalam pondok pesantren tersebut, para santri memiliki jadwal untuk mengaji sekitar enam dalam sehari. 

Para Kanisian, yang mayoritas beragama nonmuslim, ikut berperan aktif dalam setiap dinamika kegiatan di pondok pesantren. Mereka ikut dalam kegiatan mengaji dan belajar mengenai kebaikan. Dalam kegiatan tersebut, para Kanisian dan santri saling berinteraksi dan berbagi pengalaman mereka masing-masing. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun