Semar, dalam cerpen Seno Gumira Ajidarma yang berjudul 'Sembilan Semar, tiba-tiba muncul ke dunia nyata dengan berbagai warna. Dari putih sampai oranye. Bahkan dalam bentuk fiberglass pun muncul.Â
Semar yang dalam pewayangan memiliki karakter yang sangat patut dicontoh, seperti bijaksana, sopan, jujur, gemar mengasihi terhadap sesama, menasehati menasehati, dan suka memberikan ilmu hidup kepada anak-anaknya Gareng, Petruk, Bagong dan bahkan kepada siapapun.
Dalam cerpen Seno, Semar yang datang tiba-tiba di dunia nyata seakan menyatakan demo terhadap masyakarat yang ada di muka bumi ini. Dari Semar putih sampai oranye melakukan aksi yang unik, melakukan aksi teatrikal memperingatkan masyarakat di muka bumi. Memperingatkan apa? "itulah yang harus kalian pikirkan sendiri..." seperti dalam percakapan di cerpen.
Saya menginsyafi betul setelah membaca cerpen tersebut, saya menangkap maksud Semar yang tidak ingin dilupakan sepanjang perkembangan zaman ini. Semar menuntut untuk melestarikan kembali sastra lisan yang dahulu marak sehingga tidak punah di zaman ini. Dengan aksinya yang unik itu, Semar memperlihatkan bahwa Ia ada, bahwa Ia tidak hilang di zaman modern ini.Â
Masyarakat yang tadinya hanya sepintas lalu jika membayangkan Semar, seakan terkaget-kaget malihat Semar menunjukan tajinya ke khalayak ramai. Bukan di Indonesia saja Semar muncul, bahkan di belahan dunia lain Semar melakukan shownya untuk membangunkan masyarakat dari tidurnya.
Dalam cerpen ini 'Sembilan Semar'. Seno ingin memperingatkan melalui sastra tulis ini, cerpen ini, seraya mengingatkan betapa pentingnya sastra lisan bagi masyarakat. Dan mengajak masyarakat untuk melestarikan sastra lisan, serta tidak melupakan Semar tentunya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H