Pola repetitif dalam Al-Qur'an memiliki makna mendalam, baik secara spiritual maupun dalam kaitannya dengan fungsi otak manusia.
Berulangnya perintah, larangan, atau nasihat dalam Al-Qur'an bukan sekadar gaya bahasa, tetapi juga memiliki efek langsung terhadap pembentukan memori dan pemahaman manusia.
Kajian neurosains menunjukkan bahwa pengulangan memiliki peran krusial dalam pembelajaran, pembentukan kebiasaan, dan bahkan dalam muscle memory.
Pengulangan dalam Al-Qur'an: Mengapa Ditekankan?
Dalam kajian tafsir, pengulangan ayat dalam Al-Qur'an berfungsi sebagai penegasan makna dan penguatan pesan bagi pembaca atau pendengar.
Salah satu contoh paling terkenal adalah Surah Ar-Rahman, di mana ayat yang artinya "Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?" diulang hingga 31 kali.
Dalam tafsir Ruh al-Ma'ani, disebutkan bahwa pengulangan ini bertujuan untuk menanamkan kesadaran yang mendalam dalam diri manusia agar tidak melupakan nikmat-nikmat Allah.
Selain itu, dalam banyak ayat lain, perintah seperti mendirikan salat, bersabar, dan bertakwa juga diulang berkali-kali.
Ini menunjukkan bahwa manusia cenderung lupa atau lalai terhadap hal-hal penting dalam kehidupannya, sehingga membutuhkan pengingat berulang agar tetap berada di jalur yang benar.
Neurosains: Peran Pengulangan dalam Otak
Dari perspektif neurosains, pengulangan berperan penting dalam membentuk koneksi antar neuron di otak.
Dilansir dari Journal of Neuroscience, pengulangan suatu informasi dapat memperkuat jalur sinaptik dalam otak, sehingga meningkatkan retensi memori jangka panjang.