Analogi kerap digunakan dalam kehidupan ini sebagai hikmah, sama halnya dengan kuda mati, yang kemudian ada istilahnya Dead Horse Theory.
Dan Dead Horse Theory sebagai sebuah konsep sering dijelaskan untuk sebuah kondisi dimana kita menemukan situasi ketika segala upaya dikatakan sia-sia belaka.
Secara sederhana jika disimpulkan, teori ini mengajarkan bahwa "jika kamu menyadari bahwa kamu sedang menunggangi kuda yang sudah mati, langkah terbaik adalah turun darinya."
Apa Itu Dead Horse Theory?
Dilansir dari laman The Mind Collection, Dead Horse Theory adalah metafora yang menggambarkan kebiasaan seseorang atau organisasi yang tetap bertahan pada sesuatu yang tidak efektif, meskipun jelas-jelas itu tidak akan membuahkan hasil.Â
Konsep ini berasal dari ungkapan Inggris abad ke-19, "flogging a dead horse," yang artinya memukul kuda mati.Â
Upaya seperti itu tidak akan membuat kuda bergerak lagi, namun tetap dilakukan oleh mereka yang enggan mengakui bahwa sudah waktunya untuk berhenti.
Ungkapan ini sering digunakan dalam konteks manajemen, pengelolaan proyek, hingga kehidupan pribadi.Â
Banyak orang atau organisasi terus berusaha keras dengan harapan bahwa usaha ekstra akan mengubah hasil, padahal kenyataannya, sumber daya dan energi hanya terbuang percuma.
Mengapa Orang Terjebak dalam Dead Horse Theory?
Ada beberapa alasan mengapa Dead Horse Theory sering terjadi, baik dalam dunia kerja maupun kehidupan sehari-hari:
1. Sunk Cost Fallacy
Dikutip dari laman Psychology Today, sunk cost fallacy adalah fenomena psikologis di mana seseorang sulit meninggalkan sesuatu karena sudah terlanjur banyak menginvestasikan waktu, uang, atau usaha, meskipun jelas tidak ada hasil yang baik.
2. Takut Menghadapi Kegagalan
Mengakui kegagalan seringkali dianggap sebagai kelemahan. Padahal, kegagalan adalah bagian alami dari proses belajar.