dongeng sebelum tidur sambil menyanyikan tembang Jawa nan syahdu.
Hal paling menyenangkan bagi saya ketika kecil adalah saat almarhumah Mama menceritakanDongeng sebelum tidur menjadi "menu utama" di rumah, meski Mama adalah wanita karier yang disibukkan pekerjaannya di kantor.
Namun, yang saya salut hingga kini, beliau masih menyempatkan diri untuk melakukan "ritual" tersebut sehingga menorehkan kenangan bagi saya pribadi hingga saat ini.
Sayangnya, di era modern yang serba digital ini, tradisi mendongeng sebelum tidur perlahan mulai tergeser oleh kecanggihan teknologi.Â
Anak-anak lebih sering tertidur di depan layar tablet daripada mendengar cerita dari orang tua mereka.Â
Padahal, mendongeng bukan hanya sekadar kegiatan pengantar tidur, melainkan juga sarana penting dalam membentuk karakter anak dan memperkuat hubungan emosional dalam keluarga.
Dongeng: Tradisi yang Mulai Dilupakan
Dongeng sebelum tidur pernah menjadi bagian integral dari masa kecil banyak orang, terutama di era sebelum tahun 1990-an, sepertinya.
Cerita rakyat seperti "Kancil dan Buaya" atau "Timun Mas" mengandung pesan moral yang membekas hingga dewasa. Sayangnya, tradisi ini mulai memudar, terutama di kota-kota besar.Â
Survei yang dilakukan oleh Common Sense Media menunjukkan bahwa anak-anak di bawah usia delapan tahun menghabiskan rata-rata 2 jam 19 menit per hari di depan layar, sementara waktu untuk interaksi langsung dengan keluarga semakin berkurang.
Menurut artikel di situs Verywell Family, membaca cerita sebelum tidur memiliki dampak positif yang besar pada perkembangan kognitif dan emosional anak.Â