Miftah saat berceramah kian beraneka ragam terunggah di aneka akun media sosial.
Guliran komentar dan tanggapan terkait video viral GusDan "seperti biasa" kita pasti akan menemui siapa yang pro ataupun kontra terhadap unggahan video ceramah Gus Miftah tersebut.
Sebelumnya saya menulis di artikel ini dan menanggapi peristiwa tersebut berdasarkan opini pribadi atas segala keresahan yang terjadi mengiringi "kasus" tersebut.
Dalam tulisan tersebut, intinya saya menanggapi dengan coba mengambil posisi netral tanpa keberpihakan, sehingga jika ada yang berkomentar secara langsung ke saya, itu merupakan pandangan pribadi saya yang tentu banyak kelemahannya.
Di artikel tersebut saya hanya ingin mengajak dan memosisikan diri agar pembaca juga bersikap obyektif, yakni tentang adanya sebuah fakta tentang video yang tidak ditayangkan secara utuh.
Selain itu, saya juga mengajak agar kita bisa menempatkan diri dengan coba membandingkan (semoga) "apple to apple" antara peristiwa unggahan video Gus Miftah dengan Habib Riziq Shihab.
Tentu ini diluar dari permasalahan karakter dan tindakan yang bersangkutan secara personal, karena saya bukan ahli jiwa serta kenal dekat dengan mereka.
Jadi dalam artikel tersebut, saya ingin mengajak kepada pembaca untuk belajar dan kemudian bersiap merespon dengan sikap terbaik manakal peristiwa sejenis terulang oleh orang lain.
Berkata kasar bernada tendesius apalagi hinaan seperti kata yang terlontar dari mulut Gus Miftah, tentu salah.
Jika kita ingin melihatnya dari sisi ajaran agama, terutama Islam, maka dapat ternilai dari kondisi tersebut, sejauh mana adab serta akhlak seseorang ketika bercanda atau kondisi lainnya saat berbicara di depan umum.
Dilansir dari artikel di Nu Online, akhlak dapat diartikan sebagai tabiat dan watak alami manusia (Al-Khuluq huwa at-thab'u wa as-sajiyah).