Mohon tunggu...
Dimas Jayadinekat
Dimas Jayadinekat Mohon Tunggu... Freelancer - Author, Freelance Script Writer, Public Speaker, Enterpreneur Coach

Penulis buku Motivasi Rahasia NEKAT (2012), Penulis Skenario lepas di TVRI dan beberapa rumah produksi (2013-kini), Penulis Rubrik Ketoprak Politik di Tabloid OPOSISI dan Harian TERBIT (2011-2013), Content Creator di Bondowoso Network, Pembicara publik untuk kajian materi Film, Skenario, Motivasi, Kewirausahaan, founder Newbie Film Centre

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

Menulis Skenario Film dengan Logika Cerita Supaya Jadi Logis

24 November 2024   16:19 Diperbarui: 24 November 2024   16:44 72
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Photo by Mikhail Nilov: https://www.pexels.com/

Di awal belajar menulis skenario saya tidak memahami apa itu logika cerita karena yang penting ceritanya logis alias masuk akal.

Dan cerita yang logis itu apakah sebenarnya harus di dasari oleh sebuah logika cerita kuat dengan penyusunan beberapa elemen tertentu, itu pun hal yang masih membingungkan saya ketika itu.

Meski juga terkadang, bahkan mungkin seringkali di dalam menulis cerita ada kesan, terutama dari pembaca, bahwa cerita saya tidak menarik karena logikanya tidak nyambung.

Bagaimanakah yang sebenarnya? Apa sih logika cerita dan bagaimana membuat cerita kita menjadi logis?

Baik, saya coba jelaskan semampunya berdasarkan wawasan sederhana dan juga sumber referensi yang kredibel tentang hal tersebut.

Menurut Carl T. Rogers, MFA, di laman storyloshoper.com, Logika cerita tidak harus seketat filosofi yang mendasari  logika , yang merupakan studi formal tentang penalaran. Atau sesuatu yang sulit dan rumit.

Menurutnya, “Logika” dan “logis” dalam konteks ini hanya merujuk pada sesuatu yang rasional dan masuk akal.

Selain itu, ketika membahas logika cerita, ia tidak bermaksud menentukan apakah cerita tersebut "realistis" atau tidak. Bertentangan dengan kepercayaan umum atau tidak, karena realisme bukanlah ukuran keunggulan artistik.

Realisme dapat menjadi salah satu aspeknya, terutama yang berkaitan dengan cerita sejarah, tetapi ia ingin menjelaskan bahwa "logika cerita" tidak sama dengan "realisme" sebuah cerita (apa pun artinya).

Terkait pembuatan film, ia tidak bicara tentang kontinuitas visual, garis pandang, atau arahan layar (seperti aturan 180°). Carl tidak secara khusus membahas urutan secara berurutan, karena cerita yang tidak berurutan bisa efektif, meski membingungkan.

logika dalam penceritaan yang sedang  dibicarakan ini adalah tentang  kepercayaan terhadap irama cerita dan tindakan karakter pada tingkat sadar serta alam bawah sadar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun