Disclaimer, tulisan ini bukan untuk membela Rocky atau siapapun ya. Saya menulis ini karena resah terhadap berbagai narasumber yang diundang di berbagai acara Talkshow, bukannya mengedukasi serta menjaga martabatnya, melainkan kerap menunjukan kebodohan lewat sikap emosional.
Seolah-olah sebuah acara debat itu jika tidak tarik urat dan berkelahi, belum sah! Tidak. Bukan demikian seharusnya cara intelektual bersikap. Bukankah para narasumber tersebut sebagian besar pantas disebut sebagai kaum intelektual?
Rocky dan bahkan Anies Baswedan, selaku intelektual, di dalam setiap kesempatan terlihat selalu ingin mengedukasi masyarakat dengan logika dan dialektika.
Mereka kerap mengutip sumber ilmu pengetahuan yang text book dengan penyebutan tokoh-tokoh serta sejarahnya, atau setidaknya berusaha menjabarkan setiap kata ataupun maksud pertanyaan lewat jawaban ilmiah.
Dan setiap jawaban ilmiah tadi bukanlah sekadar jawaban asal, sehingga harus dituturkan panjang berdasarkan "sanad"Â atau runtutan sejarah keilmuannya.
Sayangnya, karena ketidaksabaran, kerap kita dipertontonkan dengan apa yang di istilahkan sebagai Argumentum Ad Hominem.
Sedikit kita bahas ya...sedikit saja, karena saya bukan ahli, semata-mata hanya teringat pesan almarhum bapak M.Djoko Yuwono, agar saya di dalam sebuah diskusi tidak mudah melakukan argumentasi Ad hominem tersebut.
Dikutip dari britanica.com,  argumentum ad hominem adalah jenis argumen atau serangan yang menyinggung prasangka atau perasaan atau secara tidak relevan mencemarkan nama baik orang lain alih-alih membahas fakta atau klaim yang dibuat oleh orang tersebut.
Kita bahas ya, maaf agak panjang...
Argumen ad hominem sering diajarkan sebagai jenis kekeliruan , bentuk argumentasi yang keliru , meskipun hal ini tidak selalu terjadi.Â
Sejumlah cendekiawan telah mencatat bahwa mempertanyakan karakter seseorang adalah kekeliruan hanya sejauh karakter orang tersebut tidak relevan secara logis dengan perdebatan.Â