Mohon tunggu...
Bonaventura Dimas Hadi Nugroho
Bonaventura Dimas Hadi Nugroho Mohon Tunggu... Musisi - Pujangga Yang Hilang

Lampung, IND. Juara 4 Baca Puisi Pekan Sastra Se-Sumaera 2017 Di Padang, Sumatera Barat Juara 1 Baca Puisi Pekan Sastra Provinsi Lampung 2017 Duta Puisi Remaja Provinsi Lampung 2017-2018 Finalis La Academia Junior Indonesia 2 SCTV Seorang Penulis Puisi, Penyanyi, Penulis Lagu, Pembaca Puisi, Pianis, Motivator dan Choir Coach.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Bayangan Lilin Malam

1 Mei 2019   20:25 Diperbarui: 1 Mei 2019   21:05 33
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Di sudut bangku kapel terhias jelita Maria kecil dibalik redupnya cahaya lilin. Sepasang mata sayu menhantui kegelapan malam ini. Tangan mengayun menarik hati dan senyum Dewi yang menghidang bulir narwastu ditangan rapuhnya. Ia ditemani sendunya mantra-mantra yang berbisik dari lancipnya duri-duri mawar berpasang menyurut, menyekat dan memberi ruang pada sukma yang tertatih jauh dari kenyataan ini.

Dibalik fatamorgana dan bisingnya deru jangkrik malam, dihiasi jutaan bintang, jauh di saung yang rapuh, dan disini di pilar-pilar ingin mengucap setapal rindu di tepi Sungai Musi, dalam derasnya riak dan berulang tanpa tereja. Bait-bait rindu teruap dikaca jendela, menjadi radar kekecawaan yang tersirat dan terekat di monokrom dalam ucapan dan teriakan segala tawanan kehampaan.

Ingin ku senandungkan monodi malam ini, dibalik tirai-tirai hujan, dan debu yang kini melekat serta sawang yang berbaris urakan pada segelutir rasa yang pernah kita sampaikan di sakristi dulu. Kini lafal-lafal yang meredup, kata-kata yang memisah pada pembatas buku memudar menghilang sendiri dan tergantung pada tumpulnya bulan purnama.

Larik-larik perpaduan bimbang kecewa, terlontar sejuta asa pada dinginnya malam yang menusuk pikiran sendu, tapi dibalik bayangan sang malam ada makna yang coba dipetik, gadis itu yang pernah kutemui dulu, membekasi gincu yang menoda di sudut bibirku, dan berkaca pada cermin di sabtu pagi. "Ah.. omong kosong!" gerutunya. Cukup, kini lilin itu menemaniku tidur.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun