Bila kita bicara soal krisis pandemi covid-19 tentu tidak berujung untuk dibahas. Kita semua (dunia) dibuat terkungkung ancaman virus mematikan ini. Salah satunya virus asal Cina itu telah berdampak masif kepada seluruh negara di dunia tanpa terkecuali Indonesia. Hal yang paling dirasa oleh tanah air kita hari ini ialah tak hanya krisis kesehatan saja, melainkan juga krisis ekonomi.
Dilihat dari sudut pandang perekonomian, Republik Iindonesia bahkan berada di ujung jurang resesi. Hal ini setelah pertumbuhan ekonomi Indonesia di kuartal II-2020 minus 5,32%. Apabila di kuartal III nanti perekonomian tumbuh negatif lagi, maka resmi sudah Indonesia masuk kategori negara resesi alias ekonomi merosot.
Beruntung, Presiden ke 6 Republik Indonesia Susilo Bambang Yudhoyono atau SBY langsung menenangkan rakyat dengan memberikan sikap optimis kepada pemerintah untuk bisa keluar dari jeratan resesi tersebut meski berat dilakukan.
Namun masih ada harapan ketika kuartal III dan IV akan lebih baik dibanding kuartal kemarin. Artinya pemerintah memiliki pekerjaan rumah sangat berat. Meminjam istilah SBY, make the Impossible to possible. Â
Sebagai negarawan yang baik, SBY tetap memberikan saran serta masukan bermanfaat untuk pemerintah dan Presiden Joko Widodo. Tiga jurus jitu disampaikan SBY ketika diwawancarai CNBC belum lama ini. Pertama, pemerintah harus fokus untuk menekan penurunan Produk Domestik Bruto atau PDB. Kedua, atasi pengangguran dan Ketiga bantu masyarakat miskin.
Jadi pertanyaan nya adalah, apakah pemerintah sanggup melakukan saran dan masukan dari SBY?
Wallahualam Bissawab!!
Pasalnya, sampai hari ini saja virus corona masih meneror tanah air. Selain kematian, virus ini tetap mengerogoti ekonomi rakyat Indonesia hingga ke paling dasar. Apa itu? Nilai mata uang sudah tidak ada harganya. Jumlah uang yang didapat tidak mampu menutupi kebutuhan hidup dari segi pangan dan kebutuhan lainya di masa pandemi covid-19.
Sebut saja kebutuhan pulsa, bagi mereka yang memiliki anak untuk sekolah online yang sudah berlangsung selama 4 bulan terakhir. Biaya listrik yang membengkak karena selain anaknya belajar online dari rumah, orang tua mereka (ayah dan ibu) ikut bekerja dari rumah atau Work From Home karena pandemi covid-19 ini.
Selain itu, anggaran yang seharusnya bisa digunakan oleh rakyat miskin jadi hilang karena Negara lebih mengedepankan anggaran untuk pegiat media sosial atau influencer alias buzzer yang disewa guna mempromosikan segala kegiatan pemerintah Joko Widodo-Ma'ruf Amin. Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H