Oleh : Dimas Handoyo Putro
Mahasiswa Pascasarjana Ekonomi dan Keuangan Syariah Universitas Indonesia
Konflik Israel-Palestina, yang berlangsung selama puluhan tahun, terus menjadi titik api di Timur Tengah. Setiap kali kekerasan meletus, dunia kembali disadarkan pada kompleksitas konflik ini---dari persoalan historis, agama, politik, hingga kemanusiaan. Namun, hingga hari ini, belum ada resolusi yang nyata dan berkelanjutan.
Akar Konflik yang Dalam
Konflik Israel-Palestina tidak dapat dipahami hanya sebagai perselisihan antara dua kelompok yang berbeda secara etnis dan agama. Akar dari perseteruan ini merentang jauh ke masa kolonialisme, migrasi Yahudi ke Palestina, dan pembentukan negara Israel pada 1948 yang mengakibatkan pengusiran besar-besaran warga Palestina dari tanah mereka. Sejak itu, persaingan klaim atas tanah, hak untuk hidup secara damai, dan hak untuk menentukan nasib sendiri menjadi isu sentral.
Persoalan ini diperumit oleh berbagai kepentingan internasional yang mendukung salah satu pihak atau memiliki agenda politik tersendiri. Blok Barat sering kali mendukung Israel secara politik dan militer, sementara negara-negara Muslim dan Arab mendukung perjuangan Palestina. Ini bukan hanya konflik antara Israel dan Palestina, tetapi juga perang proksi antara kekuatan global.
Dimensi Kemanusiaan yang Menyayat
Setiap kali konflik pecah, korban terbesar adalah warga sipil. Mereka yang tinggal di Gaza, Tepi Barat, dan Israel harus menghadapi ketakutan akan serangan udara, bom, dan kekerasan militer. Anak-anak yang seharusnya tumbuh dalam kedamaian malah terjebak dalam siklus kekerasan tanpa akhir. Di Gaza, blokade yang diberlakukan oleh Israel menyebabkan krisis kemanusiaan yang kronis, dari kurangnya pasokan makanan, air bersih, hingga perawatan kesehatan.
Hak asasi manusia dilanggar secara luas, baik di pihak Israel maupun Palestina. Banyak organisasi internasional, termasuk PBB, telah berulang kali mengeluarkan resolusi yang menyerukan diakhirinya kekerasan, namun, solusi politik yang langgeng tetap sulit dicapai.
Upaya Perdamaian yang Sulit
Berbagai upaya perdamaian telah dilakukan, mulai dari Perjanjian Oslo pada 1993, yang menjanjikan solusi dua negara, hingga mediasi terbaru yang dipimpin oleh Amerika Serikat dan negara-negara Arab. Namun, upaya-upaya ini selalu menemui jalan buntu. Penyebab utamanya adalah kurangnya kepercayaan antara kedua belah pihak, kepentingan politik yang tumpang tindih, dan tantangan di lapangan yang semakin kompleks, seperti pemukiman ilegal di Tepi Barat yang terus dibangun oleh Israel.