Ubisoft menganggap Skull and Bones sebagai game quadruple-A atau AAAA. Harganya pun bukan main sebagai game premium, yakni US$60 untuk PC dan US$70, mengikuti mayoritas game AAA dewasa ini. Yves Guillermot selaku CEO mengaku dengan percaya diri bahwa game ini pantas mendapat harga tersebut sebagai game quadruple-A.
Kenyataannya, Insider Gaming mendapati dalam laporan yang sama bahwa salah satu karyawan merasa game bajak laut ini lebih baik diberi harga US$30-40. Keputusan Ubisoft untuk memberi harga US$60-70 pun memicu kritikan dari publik mengingat respon saat tahap beta kurang begitu memuaskan.
Ubisoft menawarkan free trial selama delapan jam untuk penggemar yang ingin mencoba sebelum membelinya. Hal ini pun rupanya belum cukup untuk memuaskan bagi game live service tersebut.
3. Kurangnya Konten
Sebagai game live service, konten adalah kunci. Penggemar mengharapkan konten yang cukup banyak saat bermain game. Faktanya, Ubisoft telah menghabiskan dana pengembangan sebesar US$200 juta. Sebaliknya, banyak pemain yang mengkritik kurangnya konten.
Secara gameplay, Skull and Bones tampak hanya berfokus pada ship combat, trading, dan ship upgrade. Minimnya combat di daratan disebut sebagai salah satu keluhan yang datang dari pemain.
Selain gameplay, grafiknya juga dinilai mengecewakan oleh pemain. Konten PvP-nya pun disebut sangat buruk dan membuat frustrasi.
Selanjutnya, Ubisoft berencana untuk merilis konten tambahan. Mereka sudah merilis roadmap untuk Year 1 yang berisi empat Season mengikuti tradisi game live service lain besutannya seperti Rainbow Six Siege dan The Division 2.
4. Persaingan dari Game Live-Service Lain