Mohon tunggu...
Dimas Arif Setiawan
Dimas Arif Setiawan Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Seorang Mahasiswa Jurnalistik di salah satu Kampus diJjakarta Selatan

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Indonesia Cekung

28 Maret 2012   21:16 Diperbarui: 25 Juni 2015   07:20 79
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Oleh : Dimas Arif Setiawan

Kehidupan sekarang yang jauh berbeda dengan jaman dahulu membuat keegoisan masing - masing individu terlihat jelas dan hukum rimba pun terlihat di tengah perkotaan. Karena semakin kuat orang atau semakin kaya individu semakin berjayalah mereka dengan segala kapasitasnya. Dan yang lemah atau miskin pun menjadi sangat menderita.
Indonesia sebenarnya negara terkaya yang memiliki keindahan alam maupun kekayaan budaya bahkan bisa menjadi negara berpotensi tentang semua sumber daya alam, namun seakan di injak atau di ludahi oleh para investor asing yang memanfaatkan kekayaan alam indonesia dengan seenaknya tanpa memperhatikan taraf hidup masyarakat lokal. Nasibnya tak terurus padahal nenek moyang mereka menitipkan segudang kekayaan alam namun cucu - cucunya hanya mendapatkan pekerjaan yang tidak layak hanyalah seorang buruh bukan seorang manager.
Miris sekali seorang tuan rumah menjadi pembantu di negara sendiri. Istilah pembeli adalah raja pun melekat sekali pada kehidupan di indonesia karena beberapa investor selalu menjadi raja dan pemerintah seenaknya saja menjual tanpa memikirkan nasib rakyat. Sedih sekali ketika kita mendapati para penduduk lokal menjadi korban dari ketidaksejahteraan kehidupan. Dimana mereka sebagai tuan rumah yang seharusnya kaya dan menjadi bos malah di beri pekerjaan seperti buruh serabutan. Menjadi pekerja kasar dengan upah yang tak seberapa membuat mereka makin terus terpuruk oleh keadaan.
Sedih memang seperti melihat dengan cermin cekung wajah negara ini bagaikan terpuruk keadalam dan terlihat terbalik tidak sama seperti wajah aslinya yang seharusnya menjadi negara adidaya yang mengatur semua perekonomian melalui sumberdaya alam yang melimpah, namun lagi2 sdm yang kita punya masih belum bisa mengolah mengolah dan meracik sumber daya alam sebagai olahan yang dapat dijual kepasaran hanya mengandalkan tangan asing yang perlahan menjajah dengan menginvestasi harta mereka untuk membuat pabrik di negara indonesia ini.
Marilah bangkit saudaraku, saudara setanah air ku. Buatlah negara ini maju dengan kejayaan keharuman nama bangsa yang sudah dititipkan oleh para pendahulu, janganlah biasakan untuk terinjak atau terpaku dalam keadaan. Khususnya pemuda indonesia bangunlah, ciptakanlah lapangan kerja yang baru agar tidak ada lagi yang mengacak - acak kekayaan negri ini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun