"Udah nonton film ini belum?"
"Nonton film ini yuk!"
"Tau film ini gak? Keren lho!"
Pertanyaan, ajakan dan pernyataan yang sering dilontarkan oleh orang terdekat di sekitar kita bukan? Film merupakan salah satu hiburan yang telah memiliki tempat bagi para penikmatnya. Generasi ke generasi, film selalu berhasil memiliki penggemar. Bahkan, film indie yang gaungnya sudah tak terdengar, dewasa ini mulai melejit ketenarannya.
Film karya para sineas muda tersebut berhasil menggaet ribuan, bahkan jutaan penonton berduyun-duyun mendatangi bioskop sekadar ingin menonton film dari layar lebar. Banyaknya jumlah penonton dan tiket yang terjual merupakan salah satu tolok ukur kesuksesan sebuah film. Tahu kan film-film itu apa saja?
Kesuksesan tersebut tak lepas dari kolaborasi, kerja tim dan kerja keras dari tim film tersebut. Salah satu dedengkot film adalah penulis script atau skenario.
Selayang pandang
"Peristiwa menulis skenario adalah menggambar"---M. Irfan Ramli
Kesuksesan sineas muda yang sedang bersinar tersebut berawal dari sebuah ketidak sengajaan. Dikutip dari www.crafters.getcraft.com, awal mula keterlibatan Ipang---panggilan akrab Irfan---adalah saat ia menulis naskah untuk pertunjukkan panggung dengan beberapa seniman, yang kemudian membuat Ipang berkesempatan terkoneksi dengan Angga Dwimas Sasongko---sutradara yang sedang menggarap film berjudul Cahaya Dari Timur.
Dari pertemuan itu, Ipang menjadi obyek riset yang Angga cari, terkait dengan konflik Maluku. Ipang berusia 10 tahun, saat konflik itu terjadi. Naskah Cahaya Dari Timur sudah ditulis empat draft oleh seorang penulis dari Jakarta. Namun, sang produser menghendaki sudut pandang dari seorang penulis yang mengalami langsung kejadian tersebut. Alhasil, Ipang mengambil kesempatan emas itu. Bonusnya, film yang ditulis Ipang berhasil menyabet prestasi dalam Festival Film Indonesia pada tahun 2014.
Kentjan penuh drama
Di tahun 2019, saya bersekempatan untuk bertatap muka langsung dengan sineas muda berbakat dan berprestasi tersebut. Perjumpaan kami diakomodir oleh salah satu gelaran festival literasi dan pasar buku, Patjar Merah. Berlokasi di sebuah eks gudang penerbitan di Jl. Gedong Kuning, kami pun 'janjian'. Tentu saja dengan teman-teman yang lain juga, karena itu bukan special date kami.