Kopi, salah satu kekayaan alam Indonesia yang membuat negara asing kepincutsehingga datang ke Indonesia. Tanaman yang dapat tumbuh di dataran rendah dan dataran tinggi tersebut bagaikan tak ada habisnya untuk dibicarakan. Mulai dari menanam, merawat, memanen hingga menyeduhnya menjadi sajian nikmat, kopi selalu saja memiliki tempat dalam pembahasan yang asik.
Perkembangan aktivitas pengolahan dan konsumsi kopi yang terjadi, mengakibatkan hampir semua orang pernah meminum kopi. Seperti dikutip dari cnnindonesia.com, Trish Rothgeb mengungkapkan, perkembangan aktivitas pengolahan dan konsumsi kopi selama ini bisa dikelompokkan ke dalam tiga gelombang. Mulai dari gelombang pertama pada tahun 1800-an, di mana kopi terlahir dalam inovasi kopi instan. Inovasi dengan tujuan memudahkan konsumen untuk menikmati kopi tersebut justru mejadikannya dinilai negatif. Kualitas rasa dikorbankan.
Perkembangan gelombang pertama tersebut memiliki andil yang cukup besar dalam "memasyarakatkan" kopi. Cara penyajiaannya yang praktis dan harganya yang ekonomis, menjadikan kopi berada di dalam daftar menu minuman pilihan di dapur.
Pada perkembangan gelombang kedua, menikmati kopi tak hanya sekadar ritual minum saja. Meminum kopi adalah sebuah pengalaman yang dikaitkan dengan kehidupan sosial. Kedai kopi pun mengalami pergeseran fungsi. Kedai kopi yang dulu untuk menikmati secangkir kopi sambil bertukar informasi, kini kedai kopi dapat dijadikan sebagai working space.
Inovasi perkembangan gelombang kedua tersebut tak lepas dari ekpansi kedai kopi asal Amerika dengan logo Dewi Syren ke Indonesia. Kemunculannya di Indonesia menjadi salah satu role model bisnis kedai kopi. Kedai kopi kini tak hanya menawarkan beragam minuman olahan kopi, tetapi juga sebuah gaya hidup.
Noe Coffee & Kitchen tak sekadar bisnis kedai kopi
Noe Coffee & Kitchen yang berlamat di Jl. Dr. Wahidin Sudirohusodo No.68 tampaknya bukan hanya sebuah kedai kopi sepereti kedai kopi serupa di Jogja. Kedai ini tak mengedepankan keuntungan bisnis saja. Seperti penuturan Rommy Wardhana, Manajer Operasional Noe Coffe & Kitchen saat saya berkunjung, "NOE tak hanya sekadar bisnis, tetapi juga tempat untuk berbagi ilmu. Tersedia working space yang dapat digunakan untuk belajar kelompok. Tersedia buku yang dapat dipinjam untuk dibaca sebagai teman menikmati kopi. Tersedia pula beragam permainan tradisional yang dapat dimainkan dengan teman-teman. Akses internet gratis dan stop kontak yang dapat digunakan untuk mengisi ulang daya gawai."
Selain menjadi alternatif menikmati sajian kopi nan nikmat, Noe Coffee & Kitchen dapat menjadi alternatif untuk meeting,belajar kelompok maupun diskusi. Tempatnya memang tidak begitu luas, namun dekorasi interior yang cozy dan homymembuat betah untuk berlama-lama. Mengerjakan tugas kuliah maupun pekerjaan lain dapat dilakukan dengan nyaman. Tersedia working spaceberkapasitas kurang lebih 10 -- 15 orang yang dapat digunakan. Untuk masalah akses internet dan colokan listrik tak usah khawatir, seperti yang telah disampaikan mas Rommy di atas.
Fasilitas-fasilitas yang disediakan Noe Coffee & Kitchen merupakan bukti nyata pemilik kedai kopi dalam memajukan usahanya bersama pelanggan. Seperti filosofi tanduk rusa jantan yang menjadi logo Noe Coffee & Kitchen. Tanduk rusa jantan dapat terus tumbuh dan bertambah kuat, kedai kopi ini juga ingin terus tumbuh dan kuat bersama para pelanggannya.
Noe Coffee & Kitchen yang berlokasi di jantung Kota Yogyakarta, selatan persimpangan Galeria Mall menjadikannya lokasi yang strategis, sangat mudah diakses. Sayang, lahan parkir yang tersedia kurang mewadahi. Jika sahabat pembaca ingin berkunjung ke Noe Coffee & Kitchen, saya sarankan tidak menggunakan kendaraan roda empat, atau lebih.