Mohon tunggu...
Dimas Anggaru Pratama
Dimas Anggaru Pratama Mohon Tunggu... Guru - Pembelajar yang haus ilmu

Mahasiswa UPN Veteran Yogyakarta. Suka Beda Sendiri.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Tanpa Malu, Gunarti Berbohong di Tempo

6 Juli 2017   16:38 Diperbarui: 7 Juli 2017   04:20 3245
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

(Tanpa Malu) Gunarti Berbohong di Tempo

Kebohongan demi memaksa penghentian pabrik PT Semen Indonesia Rembang (Semen Rembang), di Jawa Tengah, kembali dilakukan kubu Jaringan Masyarakat Peduli Pegunungan Kendeng (JMPPK). Tanpa malu, kerap kebohongan yang dilontarkan disampaikan di media nasional yang seharusnya informasi mencerahkan untuk masyarakat.

Kini, Gunarti --adik kandung pimpinan JMPPK Gunretno---menyampaikan bualannya di majalah Tempo edisi 3-9 Juli 2017. Entah apa di benak Gunarti dan para penggerak JMPPK hingga terus berbohong agar Semen Rembang tak jadi beroperasi.

Apa saja kebohongan yang disampaikan Gunarti di majalah Tempo?

Pertama, Gunarti mengatakan bahwa hasil Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) jilid pertama merekomendasikan penetapan kawasan Cekungan Air Tanah (CAT) Watuputih sebagai Kawasan Bentang Alam Karst (KBAK). Faktanya, Surat Kementerian ESDM kepada Kementerian LHK tanggal 24 Maret 2017 menyatakan CAT Watuputih tidak memenuhi kriteria sebagai KBAK sesuai Pasal 4 Permen ESDM Nomor 17 Tahun 2012.

Kedua, Gunarti menyebutkan telah menemukan 125 sumber mata air, 30 goa dan 9 ponor.

Padahal, penelitian Badan Geologi tanggal 15-24 Februari 2017 dan 8-9 Maret 2017 di CAT Watuputih tidak menemukan adanya indikasi aliran sungai bawah tanah. Data dan fakta hanya menunjukkan goa kering tanpa aliran sungai bawah tanah serta tidak ada mata air.

Kebohongan selanjutnya, pembangunan pabrik Semen Rembang akan merusak lingkungan dan mematikan kehidupan. Faktanya, Semen Rembang melakukan sistem penambangan buffer zone yang mampu menghalangi debu dan nantinya dapat digunakan sebagai lahan pertanian warga. Setelah menambang, Semen Rembang menerapkan sistem reklamasi lahan. Ada juga teknologi zero run off sehingga jumlah air melimpah, termasuk pembangunan embung yang sudah dirasakan hasilnya saat ini oleh warga.

Terkait mematikan kehidupan, justru kehadiran pabrik Semen Rembang akan menghasilkan PAD untuk daerah. Tentu saja PAD secara istimewa akan meningkatkan perekonomian daerah karena naiknya jumlah pendapatan. Lalu asal tahu saja; hingga Maret 2017 sekitar 6000 warga Rembang dilibatkan dalam aktivitas usaha pabrik (sumber: merdeka.com, 16 Maret 2017).

Kebohongan Gunarti lainnya menyatakan penolakan pabrik semen milik negara telah menjalar sampai ke Tuban dan merupakan pesan para leluhur. Padahal sebaliknya, masyarakat Tuban justru telah merasakan betul manfaat positif hadirnya pabrik PT Semen Indonesia di Tuban. Tak ada gerakan penolakan pabrik PT Semen Indonesia di Tuban oleh warga lokal. Darimana argumentasi Gunarti mengklaim warga Tuban menolak? Menyangkut pesan leluhur, pada 15 Desember 2016 (sumber: Tribunnews.com) para tokoh Samin Sedulur Sikep dari Pati, Blora, Kudus dan Bojonegoro bersikap tidak menolak dan tidak pula mendukung soal polemik pabrik semen. Lantas, leluhur yang mana versi Gunarti?

Di antara berbagai kebohongan Gunarti di wawancara majalah Tempo, terkuak satu keanehan: pada akhir April lalu datang ke Jerman bersama Dandhy Laksono yang alasannya ingin menolak pembangunan pabrik semen di Tanah Jawa sambil kampanye film Samin vs Semen. Gunarti --katanya-- seorang petani mampu mencari dukungan dan keliling jalan-jalan ke 10 kota di Jerman yang menelan biaya besar, darimana dananya? Siapa yang menyokong biaya Gunarti?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun