[caption caption="Poster Film Schindler's List (source: imdb)"][/caption]Perang Dunia merupakan peristiwa yang sulit dilupakan hampir seluruh umat manusia. Peristiwa yang berlangsung di abad 20 ini kerap disebut sebagai bencana kemanusiaan terburuk yang pernah terjadi sepanjang sejarah. Dalam dunia layar lebar, banyak film yang mengangkat tema Perang Dunia, salah satunya yaitu Schindler’s List.
Diadaptasi dari novel berjudul Schindler’s Ark, film ini berlatarkan peristiwa holocaust terhadap penduduk Yahudi Polandia oleh pasukan militer Nazi Jerman. Cerita berawal ketika pasukan Nazi Jerman berhasil menaklukan kota Krakow, Polandia, di tahun 1939. Buntut dari penaklukan tersebut, penduduk Yahudi kota Krakow dipaksa menempati penampungan khusus di kawasan Ghetto.
Sementara itu, Oskar Schindler (Liam Neeson), seorang Katolik yang juga anggota Nazi, dengan cerdik memanfaatkan situasi perang. Berkat pendekatannya terhadap para petinggi Nazi, ditambah usaha bisnisnya yang bergerak di bidang peralatan penunjang kebutuhan perang, ia berhasil mendapatkan sejumlah tenaga kerja Yahudi yang berada di Ghetto.
Tercatat ada sekitar 1.100 penduduk Yahudi yang bekerja untuk pabrik milik Schindler. Salah satunya adalah Itzhak Stern (Ben Kingsley), seorang akuntan yang akrab dengan sang pemilik pabrik asal Polandia.
Meski begitu, pasukan Nazi di bawah komando Amon Goeth (Ralph Fiennes) tetap tak kenal kata ampun terhadap penduduk Yahudi yang juga dipaksa bekerja untuk membangun kamp konsentrasi Plaszow. Berbagai penyiksaan dan pembantaian kerap terjadi. Melihat kekejian pasukan Nazi serta penderitaan penduduk Yahudi menimbulkan konflik batin dalam diri Schindler.
Steven Spielberg sebagai sutradara dalam film ini berhasil menyajikan cerita yang terasa nyata. Gaya penuturan ceritanya terlihat mudah dipahami. Pun begitu dengan teknik pengambilan gambarnya. Dengan tampilan warna hitam putih hampir di seluruh bagian film, penonton dibawa larut dalam suasana klasik namun mencekam ala situasi perang dunia.
Salah satu bagian yang menarik perhatian adalah kemunculan sesosok anak perempuan dengan mantel berwarna merah. Ia terlihat mencolok karena di sekelilingnya digambarkan dengan warna hitam-putih oleh si pembuat film.
Nyatanya, anak perempuan ini yang menjadi salah satu pemicu konflik batin bagi Schindler sekaligus mempengaruhi sikapnya terhadap para penduduk Yahudi, khususnya yang bekerja untuknya. Pertama kali Schindler melihatnya, sosok anak perempuan ini berada di tengah kerumunan penduduk Yahudi yang sedang disiksa oleh bala tentara Nazi. Di kesempatan kedua ketika ia melihatnya, si anak perempuan itu telah tewas.
Dalam perjalanannya, film Schindler’s List sempat mendapat banyak kecaman dari berbagai pihak, apalagi film ini sangat kental dengan aroma SARA. Di Indonesia sendiri, film ini tak mendapat izin tayang. Belum ada keterangan yang pasti mengenai penyebab hal itu.
Selain itu, film Schindler’s List tentu tidak layak dikonsumsi oleh anak-anak. Penyebabnya jelas, begitu banyak adegan kekerasan yang menjurus sadisme ditampilkan secara gamblang. Scene ketika Amon Goeth menembak kepala seorang bocah kecil serta pembakaran mayat penduduk Yahudi oleh pasukan Nazi adalah contohnya.
Belum lagi adegan-adegan berbau sensual yang juga banyak terekam dalam Schindler’s List. Sudah jelas hal tersebut menjadi bumbu pemanas konflik dalam film yang rilis tahun 1993 silam.