[Warning! Spoiler Alert!]
Di penghujung bulan Juli, jagad perfilman Indonesia disuguhkan oleh karya sineas kawakan, Rako Prijanto. Dengan judul Bangkit!, sang sutradara mencoba membawa para pecinta film dalam negeri menuju level yang belum pernah dilalui.Â
Bangkit! merupakan film bergenre action-disaster pertama di Indonesia. Film ini mencoba merekam betapa dahsyatnya bencana alam yang sebenarnya cukup akrab di telinga masyarakat tanah air, yakni hujan badai, banjir, dan gempa bumi. Ekspektasi publik terhadap karya penulis skenario Ada Apa dengan Cinta (2002) tersebut tentulah besar.
Tensi tinggi langsung terjadi di awal film saat upaya penyelamatan dilakukan oleh Addri (Vino G. Sebastian), seorang anggota tim Badan SAR Nasional (Basarnas). Ia dan timnya berhasil menyelamatkan seluruh penumpang bus yang hampir terjun ke dalam jurang usai terlibat kecelakaan saat terjadi hujan deras.
Cerita berlanjut pada penggambaran kehidupan rumah tangga keluarga Addri. Sang istri, Indri (Putri Adudya), tampak memahami kesibukan Addri. Namun, kesulitan Addri untuk meluangkan waktu bersama keluarga, membuat hubungan antara ia dan kedua anaknya, Eka dan Dwi, menjadi renggang.
Di tempat terpisah, Arifin (Deva Mahenra), seorang analis Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) tengah bersiap-siap menjalani hari pernikahannya dengan Denanda (Acha Septriasa). Saat itu kondisi cuaca sedang buruk akibat hujan deras disertai angin kencang.
Sial bagi Arifin, usai membeli cincin perkawinan, dirinya yang sedang berada di lantai basement tiba-tiba diterjang banjir yang berasal dari luar gedung pusat perbelanjaan. Arifin pun kemudian ditolong oleh Addri yang sedang bertugas di lokasi tempatnya berada. Sejak saat itu, bencana besar terjadi di Jakarta dan terus mengiringi jalannya film.
Cepat dan memaksa. Itulah kesan yang didapat ketika menyaksikan film Bangkit!.
Setelah sekuen penyelamatan oleh Addri dan gambaran kehidupan rumah tanggannya, kita langsung disajikan berbagai adegan mengenai bencana alam yang melanda ibu kota. Sementara itu, latar belakang atau penyebab terjadinya bencana alam yang memporak-porakan Jakarta tidak langsung disampaikan di awal cerita.
Alur cerita sebelum memasuki bagian klimaks, diwarnai dengan banyak adegan yang berlangsung begitu cepat. Sekuen ketika Addri berupaya menyelamatkan keluarganya dari banjir bandang adalah salah satunya.
Saking cepatnya alur cerita, hal itu menimbulkan beberapa kejadian janggal yang berujung pada performa tokoh yang terlihat kurang maksimal di mata penonton.