Mohon tunggu...
Dimas Aji Triyatno
Dimas Aji Triyatno Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Universitas Muria Kudus

Hobi olahraga dan travel

Selanjutnya

Tutup

Kkn

UMKM Desa Bangkit! Tusuk Sate dan Sempolan Jadi Andalan Ekonomi Warga Desa Tanggel

5 September 2024   13:39 Diperbarui: 5 September 2024   20:54 96
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tim 24 KKN Universitas Muria Kudus/dokpri

Pada tanggal 14 Agustus 2024, tim 24 dari Universitas Muria Kudus (UMK) sedang melaksanakan kegiatan KKN di Desa Tanggel, Kecamatan Winong, Kabupaten Pati. Tim KKN mengadakan Program Kerja yang bertujuan untuk meningkatkan branding UMKM tusuk sate di desa tersebut. Upaya yang dilakukan dengan pembuatan titik lokasi di Google Maps, pembuatan banner untuk UMKM, dan memperkenalkan UMKM melalui berita dengan harapan dapat memperluas pasar serta mengangkat potensi UMKM Desa Tanggel. 

Tim KKN mengunjungi UMKM Berkah Bambu Om Lan dan mewawancarai pemiliknya yaitu Bapak Sunarlan. UMKM tersebut telah beroperasi sejak tahun 2020. Setiap harinya UMKM Berkah Bambu memproduksi 250 ikat tusuk sempolan, dengan setiap ikat berisi 100 tusuk dan 60 ikat tusuk sate, di mana setiap ikat berisi 500 tusuk. UMKM Berkah Bambu juga memproduksi tusuk cilok dan tusuk pentol bakar. Produk UMKM Berkah Bambu dipasarkan di wilayah Jepara, Kudus, dan daerah Pati.

Proses Penjemuran Tusuk Sate dan Sempolan/dokpri
Proses Penjemuran Tusuk Sate dan Sempolan/dokpri

Proses pembuatan dimulai dengan memotong bambu, di mana kulit bambu digunakan untuk tusuk sate dan daging bambu untuk tusuk sempolan. Setelah dipotong, bambu dijemur dan dipoles sebelum diedarkan. Bambu ori sebagai bahan baku diperoleh dari desa sekitar. Dalam menjalankan usahanya, Bapak Sunarlan menghadapi beberapa kendala.

"Kendala yang sering dihadapi adalah kendala musim dan kendala mesin" ujar Bapak Sunarlan selaku pemilik UMKM Berkah Bambu.

Pada saat musim penghujan, proses pengeringan bambu memerlukan waktu yang lebih lama dibandingkan musim kemarau. Sedangkan untuk kendala mesin terkadang mesin yang digunakan memerlukan perbaikan yang lumayan memakan waktu, sehingga proses pembuatan tusuk sate sedikit terganggu. 

Untuk pemasaran produk dilakukan secara langsung dengan mengantar produk ke pengepul dan pemesanan bergantung pada orderan yang masuk. Pesanan tusuk sate meningkat pada saat acara khaul, awal masuk sekolah dan menjelang Idul Adha.

"Melalui program kerja ini diharapkan dapat meningkatkan dan memperkenalkan potensi UMKM yang ada di Desa Tanggel" ujar Dimas selaku penanggung jawab program kerja.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Kkn Selengkapnya
Lihat Kkn Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun